Arthur berdiri di depan pintu kastilnya, wajah datarnya disimpan sementara digantikan wajah cerah dengan senyum yang senantiasa terpatri di sana.
"Your Highness." Sapa Mike sebelum menaiki anak tangga di depannya.
"Menunggu seseorang, pangeran?" Tanya Mike setelah menunduk hormat pada tuannya.
"Ya, kau tau siapa orangnya." Jawab Arthur.
"Tentu, pangeran." Mike terkekeh sebelum akhirnya berdiri di belakang Arthur dengan mengaitkan kedua tangannya di depan.Menit demi menit, jam demi jam telah berlalu. Tapi orang yang ditunggu Arthur belum juga terlihat batang hidungnya.
Mike melihat jam yang melingkar di pergelangannya, sudah lebih dari satu jam mereka berdiri di sini.
"Mungkin Miss Madison memiliki sedikit masalah yang menahannya saat akan datang kemari." Ucap Mike,
'Mungkin saja Miss Madison sakit.' Batin Mike.
Sebenarnya Arthur sedikit tersindir oleh ucapan Mike, tapi dia tahu Mike tidak berniat demikian karena kemarin, saat kejadian itu Mike tidak melihatnya.
Arthur menghela nafasnya, dia kira Katelyn akan datang padanya.
"Siapkan mobil, kita ke tempat kerjanya sekarang." Perintah Arthur.
Dengan sigap Mike langsung menyiapkan mobil sesuai perntah tuannya. Mike sendiri juga tidak tahu menahu atas apa yang terjadi pada Arthur, tapi dia melihat sorot kecewa dan menyesal dalam mata Atrhur.
**
Katelyn duduk sembari membaca majalah, bahkan karena terlalu asik dia sendiri tidak sadar majalah itu menutupi wajahnya sendiri.
Denting lonceng pintu caffe itu sangat nyaring hingga sedikit mengganggu konsentrasinya.
"Your Highness." Sapaan penuh hormat itu berhasil membuyarkan fokusnya, entah siapa yang datang tapi yang pasti mereka anggota kerajaan. Bisa saja Athala dan Rendela, ah dia merindukan dua wanita terhormat itu.
Dengan hati-hati Katelyn menurunkan majalahnya sebatas matanya, dan cepat-cepat menaikan lagi majalahnya saat mengetahui Arthur yang datang.
"Lindungi aku ya Tuhan, ku mohon." Doa itu dirapalkan berkali-kali olehnya, dengan mata tertutup.
Katelyn merasakan majalah yang dipegangnya diturunkan oleh seseorang, tapi dia tidak peduli. Katelyn mengangkat lagi majalah itu tanpa melihat dahulu siapa orang di depannya.
"Ku mohon jangan, ku mohon jangan." Tambah Katelyn saat lagi-lagi seseorang mencoba menyingkirkan majalah yang menutupi wajahnya.
"Jangan untuk apa, princess?"
Saat itu juga, Katelyn merasa dunianya berhenti berputar. Dan majalah itu sudah menyingkir dari wajahnya, yang kini benar-benar di hadapannya adalah mimpi buruknya. Arthur.
"Berhenti menatap ku dengan tatapan itu, sayang." Arthur menjentikan jarinya tepat di depan wajah Katelyn, sembari terkekeh ringan melihat wajah terkejut gadis di depannya ini.
Katelyn langsung tersadar saat jentikan terakhir dari Arthur.
"Your Highness." Katelyn buru-buru berdiri dan menunduk hormat pada Arthur.
"Itu tidak perlu lagi princess, kau lupa? Kau adalah tunangan ku." Ucap Arthur.Arthur menatap Katelyn dari atas hingga bawah sebelum kembali menatap mata biru itu. Katelyn menggunakan celana denim, kaus hitam polos yang dibalut long coat hangat berwarna abu-abu, serta angkle boots -nya. Sangat sederhana tapi modis, dan menarik.
"Anda bisa menggunakan tempat saya, pangeran." Ujar Katelyn tanpa perduli dengan ucapan Arthur, dia bersikap acuh yang terselubung dengan sikap sopannya.
"Dan saya harus pergi, permisi." Tambah Katelyn sebelum menunduk hormat lalu beranjak dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage My Prince
Fantasy#6 Duke in 13.05.18 #15 Historical Fiction 19.08.18 #33 Historical Fiction 21.07.18 Menikah dengan seorang pangeran, adalah mimpinya dulu. Ya DULU bukan sekarang. Tapi bagaimana jika mimpinya itu terwujud? Menikah dengan pangeran dan menjadi seorang...