Let Me Tell You A Story.

17.2K 1.2K 14
                                    

Sore ini sejuk di tengah musim semi, sangat menyenangkan apa bila memandang bunga warna warni yang tengah mekar.

Ditambah dengan tiga gadis yang duduk kursi di taman belakang. Athala, Rendela, dan Katelyn.

Pelayan menuangkan teh dari teko kramik ke cangkir-cangkir berkelas itu.

"Betapa menyenangkan waktu-watu seperti ini." Ucap Rendela.

Katelyn mengagguk setuju sembari memasukan dua balok gula ke cangkirnya dan mengaduknya sesuai dengan yang diajarkan Amanda.

"Hey, aku baru sadar. Kenapa kita sama-sama memakai floral dress?" Katelyn terkekeh ringan sadar akan keserasian mereka.
"Ah ternyata kita memiliki keterikatan batin yang tinggi." Balas Athala sebelum menyesap tehnya.

Hari ini Katelyn diajarkan lebih mengenai tata krama oleh Amanda, dan Athala dan Rendela menahannya untuk tinggal dan minum teh di taman belakang.

"Sebenarnya kita memiliki maksud tersendiri." Athala berdehem sejenak untuk menetralkan tenggorokannya.
"Kami memiliki bukti kuat untuk menangguhkan lagi dugaan kami." Tambah Rendela.
"Kami juga memiliki bukti fisik itu." Athala memperlihatkan flashdisk yang dikeluarkan dari serbet dipangkuannya.
"Kapan kita akan menguaknya?" Tanya Katelyn.
"Jika dia kemari."

**
Arthur sekitarnya, dia duduk di hadapan Mona yang asik dengan makan malamnya. Sebenarnya Arthur ingin pulang saja, tapi gadis ini memintanya untuk menemaninya makan karena besok siang dia harus kembali ke Jerman untuk menemui ayahnya.

"Kau selesai?" Tanya Mona setelah menatap piring Arthur yang sudah kosong.
"Tentu." Ucap Arthur.

Mona memegang tangan Arthur.
"Aku melihat akhir-akir ini kau sering melamum. Ada apa?" Tanya Mona.

Arthur langsung menarik tangannya dan beralih memegang gelas tingginya.

"Tidak ada." Jawabnya.

Setelah itu Arthur menulikan diri, karena Mona selalu mengoceh ini dan itu yang tidak bermanfaat.

"Aku ikut ke kastilmu, aku ingin berpamitan dengan ayah dan ibu mu." Rengek Mona.

Arthur langsung berfikir menimbang permintaan Mona.

'Katelyn pasti sudah pulang, tidak apa jika aku membawa Mona.' Batinnya setelah melihat jam menunjukan pukul 11 P.M.

Sementara itu, di sudut lain restoran. Seorang wanita menatap puas hasil jepretan kameranya.

**
Arthur masuk beriringan dengan Mona, gadis itu dengan tidak tau malunya memeluk lengan Arthur.

"Bisa kau melepas tangan mu itu?" Tanya Arthur.
"Aku akan merindukan mu di sana, biarkan seperti ini. Lagi pula tuangan mu sudah pulang bukan?"

Arthur hanya mendegus keras, entah kenapa dia merasa ini tidak akan berakhir baik.

Benar saja, belum juga mencapai lantai atas, di ujung tangga berkarpet merah itu. Di sana sudah ada Katelyn yang berdiri seolah menghadang mereka.

"Dari mana saja kau, Arthur?" Tanya Katelyn dengan wajah nyaris tak berekspersi.

Dia menatap tangan Mona yang melingkar di lengan Arthur, lalu berdehem kecil.

"Tidak baik untuk mu menggandeng pria yang akan menjadi suami ku, bersikaplah dengan baik Mona. Dimana etika mu berkunjung di tengah malam seperti ini." Ucap Katelyn dengan nada yang dikondisikan stabil sedemikian rupa, sesuai yang diajarkan Amanda.
"Jika kau akan pulang besok siang, dan malam ini akan berpamitan dengan Their Majesty, aku sarankan kau bermalam di sini dan berpamitanlah besok."

Marriage My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang