Arthur memutar-mutar pena yang ada di tangannya, tatapan kosongnya terlempar pada kursi kosong di depannya.
Sudah dua hari sejak pesta pernikahan Zera, dan Katelyn menepati ucapannya. Ucapan mengenai dia akan bersembunyi dari Arthur.
**
Malam itu, Arthur tidak memperdulikan ucapan Katelyn.
"Kau bercanda." Ucap Arthur tetap pada gerakan dansanya.
Tapi Katelyn hanya diam, tanpa minat membalas ucapan Arthur.
"Aku harus ke toilet." Katelyn tiba-tiba melepas pelukan Arthur pada pinggangnya.
"Perut ku bergejolak, kau mau tuxedo mahal mu itu kotor?" Sambung Katelyn, lantas tanpa persetujuan Arthur dia langsung pergi dari sana.Arthur hanya menatap punggung Katelyn yang mulai menjauh, walau beberapa kali gadis itu sempat terhuyung. Tapi Katelyn berhasil menerobos orang-orang di sana.
Arthur menunggu Katelyn dengan sabar, berdiri hingga berdansa dengan Zera.
"Dimana Katelyn?" Tanya Zera.
"Toilet." Jawab Arthur.Zera menaikan satu alisnya.
"Aku baru dari sana, dan tidak ada Katelyn." Zera menatap Arthur dengan tatapan curiganya.
"Aku yakin dia di sana." Balas Arthur.
"Sejak kapan?" Tanya Zera.
"30 menit lalu, mungkin." Arthur menghendikan bahunya.Zera langsung menghentikan gerakannya, matanya membulat. Dia tak percaya bahwa Arthur tenang-tenang saja ditinggalkan Katelyn selama itu.
"Ikut aku." Zera segera menarik Arthur.
Saat mereka berhenti di depan tolilet itu, pintunya tertutup. Dengan segera Zera mengetuknya keras.
"Siapa pun di dalam, keluarlah." Ucap Zera.
Tidak lama, pintu itu terbuka membawa keluar gadis dengan dress serba kurang bahan yang membuat Arthur cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
"Your.."
"Minggir kau." Zera langsung menggeser gadis itu agar menyingkir dari pintu, lalu dengan cepat dia mengecek ke seluruh sudut toilet itu.Tidak berhasil menemukan sahabatnya, Zera mendegus keras.
"Dia tidak ada." Ucap Zera dengan enteng.
Arthur dengan muka datarnya dia hanya menaikan satu alisnya.
"Tidakkah kau memiliki ekspresi lain selain wajah datar itu, Yang Mulia?" Geram Zera.
"Kau boleh panik Yang Mulia, karena mungkin ini akan menjadi bencana untuk mu. Sebab Katelyn kabur."**
Arthur segera tersadar dari lamunannya, bayangan kejadian malam itu masih sangat nyata.
"Arthur." Pekik Mona, yang tanpa permisi dia langsung menerobos pintu ruangannya.
"Siapa yang menyuruh mu kemari?" Tanya Arthur dengan nada tidak suka, sebenarnya itu salah satu penolakan nyata untuk gadis yang sekarang bergelayut manja di punggung kursinya.
"Ibu mu." Jawab Mona dengan riang, karena Arthur tidak akan mengusirnya jika Mona mengatakan yang menyuruhnya kemari adalah sang ratu.
"Pulanglah, aku tidak perduli kenapa kau kemari." Arthur melepas tangan Mona yang memeluk lehernya, mungkin jika yang melakukan ini Katelyn dia akan dengan senang hati menerimanya.Mona tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Apa telinganya salah? Atau memang nyatanya Arthur mengusirnya?
"Aku.."
"Pulanglah Mona." Sela Arthur dengan nada rendah.
"Tapi.."
"Keluar." Kali ini Arthur membentak gadis itu, sudah cukup dia bersabar menghadapi Mona."Kau berani membentak calon menantu ku?"
Tatapan Arthur dan Mona serentak jatuh pada Mandeline yang berdiri di depan pintu, gestur tubuhnya tetap anggun tapi tatapannya sangat tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage My Prince
Fantasy#6 Duke in 13.05.18 #15 Historical Fiction 19.08.18 #33 Historical Fiction 21.07.18 Menikah dengan seorang pangeran, adalah mimpinya dulu. Ya DULU bukan sekarang. Tapi bagaimana jika mimpinya itu terwujud? Menikah dengan pangeran dan menjadi seorang...