Arthur berdiri sembari membenahi jas navy-nya, dan menjabat tangan Raja Jhansen dari Denmark dan putrinya Vanya.
"Senang bisa berdiskusi dengan mu, pangeran." Ujar Jhansen
"Aku turut senang kita bisa bekerja sama." Sambut Arthur.
"Prince Arthur, aku juga senang bisa bertemu langsung dengan mu." Vanya tersipu malu dengan sorot mata yang 'genit.'Arthur hanya membalasnya dengan senyum tipisnya, beruntunglah gadis itu adalah putri dari raja Denmark. Jika tidak, Arthur tidak akan sungkan mempermalukan gadis itu.
Beberapa hari belakangan, Arthur disibukan dengan tugasnya sebagai direktur dan putra kerajaan.
"Your highness." Mike mengetuk pintu sebelum membukannya sendiri.
"Ada tamu penting, untuk anda. Dia menunggu anda di kantor." Tambah Mike.
"Aku akan menemuinya nanti." Ya mengingat dia masih menjamu tamunya, sangat tidak sopan jika harus meninggalkan mereka di kastil.
"Tapi ini menyangkut hidup dan mati anda, my prince."Arthur menyeritkan alisnya, sepenting apa sebenarnya?
"Baiklah, aku akan menemuinya setengah jam lagi." Jawab Arthur.
"Sebenarnya, anda bisa menerima tamu itu my prince. Karena kita akan pamit sekarang." Ujar Vanya.
"Betul, kami juga sudah sepakat bukan? Sebaiknya kita pamit, karena harus berkunjung ke Wina." Sekali lagi Jhansen menjabat tangan Arthur.Arthur hanya mengagguk dan mengantar mereka sampai di pintu utama kastil.
"Senang bisa banyak mengenal mu, my prince." Vanya menekuk lututnya tanda hormat.
"Aku berharap, bisa menjadi gadis biasa beruntung yang akan menikah dengan mu." Bisik Vanya yang di iringi kekehannya, lantas gadis itu masuk ke dalam limosinnyaLagi, Arthur hanya membalasnya dengan senyum tipisnya. Dia menangkap rasa ketidaksukaan dari Vanya, apalagi saat gadis itu menekan kata 'biasa,' sangat tidak menunjukan sikap kebangsawanan.
Hingga limo itu berjalan menjauh, Arthur tetap menatapnya. Tidak berselang lama, mercedes hitam berhenti di depannya.
"My prince, tamu mu menunggu." Mike turun dan membukakan pintu untuk tuannya, yang disambut anggukan dari Arthur.
**
Arthur sampai di kantornya dua jam lalu, dan dia sibuk dengan laporan perusahaannya yang membumbung tinggi di atas meja kerjanya.
Karena pekerjaannya sangat banyak, akhirnya Arthur menyuruh Mike untuk menolak tamu yang katanya sangat penting itu. Dan jadilah Arthur yang hingga kini berkutat dengan tugasnya.
Hingga suara pintu yang didobrak keras mengalihkan perhatiannya, Arthur menegakan kepalanya melihat ke arah datangnya suara itu.
"Kau membiarkan ku menunggu hah?! Lelaki macam apa kau ini?!"
"Fucking bastard." Ya, siapa lagi yang berani memaki kasar pangeran tampan ini selain seorang Katelyn Madison.Arthur menyembunyikan raut terkejutnya dibalik senyum miringnya.
"Miss me, Katelyn?" Tanya Arthur.
"Maaf, pangeran. Miss Madison terus memaksa untuk masuk." Ujar seorang body guard yang sengaja Arthur tempatkan di depan pintu ruangannya.Arthur mengintip tiga body guard-nya di balik bahu Katelyn.
"Tidak apa." Arthur mengangguk, dan memberi kode agar mereka menutup kembali pintunya.
"Kau apakan mereka?" Tanya Arthur.Dia melihat beberapa luka lebam pada wajah penjaganya, dan dia yakin gadis ini penyebabnya.
"Memberinya sedikit hukuman." Katelyn mengambil duduk tepat di depan Arthur.
"Jadi, apa yang membawa mu datang kemari?" Tanya Arthur. Hah, dia sudah menebak Katelyn akan kembali padanya.
"Kartu nama sialan ini, entah bagaimana bisa ada di dalam tas ku." Katelyn melempar kartu nama yang tempo hari disematkan oleh Arthur kedalam tasnya
"Waktu ku tidak banyak, ada apa?" Tanya Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage My Prince
Fantasy#6 Duke in 13.05.18 #15 Historical Fiction 19.08.18 #33 Historical Fiction 21.07.18 Menikah dengan seorang pangeran, adalah mimpinya dulu. Ya DULU bukan sekarang. Tapi bagaimana jika mimpinya itu terwujud? Menikah dengan pangeran dan menjadi seorang...