Katelyn tidak akan terusik dari tidurnya, jika saja alaram jamnya tidak berdering. Tangannya terulur untuk mematikan jam yang berada di nakasnya, sebelum kembali bergemul dengan bantal dan selimut hangatnya.
Seketika matanya membulat.
'Seperti ada yang salah.' Batinnya.
"Kenapa aku bisa pindah ke sini? Bukannya semalam aku tidur di sofa?" Katelyn menggaruk asal rambut coklat keemasannya.
"Arthur." Seru Katelyn saat mengingat semalam pria itu pulang kemari.Katelyn meraih ponselnya yang tergeletak di laci nakas, tak selang lama gadis itu menepuk dahinya.
"Aku kan tidak memiliki nomer ponselnya." Ujarnya.
"Lagi pula, kenapa aku panik?" Entahlah Katelyn tidak merasa baik di pagi ini, saat hendak menutup laci nakas Katelyn menemukan sebuah kertas yang belum pernah dia lihat sebelumnya."For my lady." Baca Katelyn, gampang ditebak bukan? Ya, dari Arthur, memang siapa lagi?
"Maaf jika saat kau bangun aku tidak lagi ada di sana." Baca Katelyn, lalu gadis itu bergidik ngeri.
"Seperti orang yang akan mati saja." Cerca Katelyn.
"Aku harus pulang karena pagi ini aku memiliki jadwal pertemuan di Paris, tidak akan lama, malam ini aku akan pulang. Aku akan menemui mu nanti my lady. Dan aku akan selalu merindukan mu. Your husband, Arthur." Tulis Arthur dalam suratnya.'Hell, sejak kapan dia menjadi suami ku?'
Katelyn segera bangkit dari sana, dia menyiapkan dirinya untuk berangkat ke caffe tempatnya bekerja.
Sembari bersenandung kecil dan sesekali membenahi kacamata yang bertengger di hidung lancipnya, Katelyn berjalan kaki menuju tempat kerjanya. Dia membenci suasana ini, suasana ketika semua orang memusatkan perhatian mereka pada Katelyn, kenapa lagi kalau bukan gara-gara majalah yang kemarin.
**
Paris, Prancis.
Sementara di sana, Arthur berdiri di balkon hotelnya menatap menara iconic milik kota itu.
Dia baru tiba di sini dua jam lalu, dan dia kini merindukan London.
"Mike apa ada kabar dari Katelyn?" Tanya Arthur pada Mike yang baru membuka pintu kamar Arthur.
"Aku baru mau melapor, yang mulia." Mike menahan kekehannya, melihat tuannya menjadi tidak sabaran.
"Lanjutkan." Arthur kembali menatap pemandangan indah di depannya.
"Miss Madison sudah sampai di caffe sekitar dua puluh menit lalu, dia baik-baik saja, sejauh ini tidak ada yang mengaggunya." Ujar Mike.Arthur memang tidak berada di dekat Katelyn, tapi bukan berarti dia tidak bisa menjaga gadis itu. Buktinya Arthur rela menambah jumlah bodyguard-nya untuk menjaga Katelyn saat Arthur tidak di dekatnya.
"Bagus, terus awasi dan jangan sampai gadis ku terluka."
Dia tidak mau ada orang yang mengganggu Katelyn, apa lagi jika orang itu berjenis laki-laki. Bukan posesif, dia hanya tidak mau gadisnya kenapa kenapa.
**
Katelyn meniup uap yang keluar dari kopi americano yang dia pesan, hari ini caffe mereka sangat sepi, bahkan dari pagi sampai sore ini hanya terhitung beberapa pelanggan saja yang hadir.
Tiba-tiba lonceng pintu berbunyi, membuat Katelyn langsung menengok ke arah pintu.
"Syukurlah." Desis Katelyn saat yang masuk itu bukanlah Arthur.
Namun angin kebebasannya tidak berselang lama saat rombongan yang dipimpin pria tua itu menuju ke kursinya.
"Josephie Peter." Pekik Katelyn, ingin rasanya kabur tapi pria tua itu sudah duduk di hadapannya.
"Kau mengenal ku ruapannya." Pria tua itu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage My Prince
Fantasy#6 Duke in 13.05.18 #15 Historical Fiction 19.08.18 #33 Historical Fiction 21.07.18 Menikah dengan seorang pangeran, adalah mimpinya dulu. Ya DULU bukan sekarang. Tapi bagaimana jika mimpinya itu terwujud? Menikah dengan pangeran dan menjadi seorang...