[6] The Blue Box

43 5 0
                                    

"If I said I was ok, it would be a lie,
I'm not ok
But I'm smilling
Because everyone hurts this much,"
The Little Much Girl, Baek Ah Yeon ft. Wendy



















"Iya ih nanti aku share location. Tapi nanti Mamaa, aku belum selesai,"

Gadis itu lalu memutus sambungan dengan kesal. Tidak peduli lagi dengan ocehan Mamanya yang mungkin, tidak akan selesai kalau bukan ia yang mengakhirinya. Mantari mendengus. Padahal dia kan sudah menjelaskan panjang lebar semalam, kalau dia hari ini akan kerja kelompok.

"Nyokap lo?"

Mentari hampir terlonjak saat menemukan Surya sudah berdiri di belakangnya tepat ketika dia berbalik. Tunggu, sejak kapan cowok itu ada di sini? "Ngagetin aja sih,"

"Nyokap lo?" Surya mengulang pertanyaan yang sama. Sebentar, Mentari menatap manik anak laki-laki itu. Sejenak, dia terpaku pada warna iris Surya yang cokelat terang. Warna mata yang selalu ingin Mentari miliki.

"Iya nyokap gue. Kenapa?" Mentari melipat kedua tangannya di depan dada. Masih diam-diam menyimpan kagum.

"Makan, terus solat kalo lo mau." Jawab Surya datar, kemudian berbalik dan masuk lagi ke dalam rumah. Mentari jelas tersindir dengan kata-kata itu. Apa-apaan? Solat kalo lo mau?

Mentari lalu ikut masuk ke dalam rumah, dan langsung menemukan meja yang semula berantakan dengan kertas-kertas berubah menjadi penuh dengan berbagai makanan. Memang tidak banyak. Tapi itu cukup membuat Mentari takjub karena dia menemukan beberapa lauk yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

"Ayo neng Mentari makan dulu. Pasti belum pada makan siang kan ini teh?" Ucap Ambu, lantas mengambilkan piring dan menyendok nasi untuk makan Mentari. Surya dan Ryan sudah memulai makannya terlebih dahulu. Ah, dua tahun dia mengenal Ryan, belum pernah Mentari melihat anak itu makan selahap ini. Apa memang makanannya se-enak itu?

Mentari cepat-cepat menyendok apa pun lauk yang ada di meja. Ada sayur asam, ikan goreng, tahu, tempe, dan beberapa makanan yang Mentari tidak tahu namanya.

"Ambu tinggal ke dapur lagi ya?"

Mentari mengangguk cepat lalu makan seperti apa yang Surya dan Ryan lakukan. Sedetik kemudian, gadis itu terpaku.

Dia ingat pernah merasakan makanan ini tapi tidak ingat kapan dan di mana tapatnya. Hanya lidahnya yang bisa mengenali, dan entah kenapa, mendadak matanya berkaca-kaca. Surya yang pertama kali menyadari itu, lantas menghentikan gerakannya memasukkan nasi ke dalam mulut.

Dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya menatap Mentari sampai gadis itu akhirnya sadar dan melanjutkan makan.

"Gue kangen Bunda,"

Ryan yang semula sangat sibuk dengan makanannya pun, akhirnya ikut terpaku begitu Mentari mengatakan itu. Surya tidak lagi berniat melanjutkan makan. Anak laki-laki itu ingat kalau yang Mentari hubungi tadi, bukan Bunda,

tapi Mama.

"Gue kangen Bunda walaupun gue bahkan nggak inget persis gimana wajahnya,"

Surya tahu Mentari akan seperti ini, tapi anak laki-laki itu memilih diam. Karena menceritakan segalanya saat ini juga akan percuma. Gadis itu tak akan mengerti.

***

Mentari duduk di balkon mushola yang sepi, menikmati semilir angin seraya menunggu Surya dan Ryan selesai melaksanakan solat. Dia bukannya 'tidak mau' seperti apa yang Surya judge tadi. Walaupun Mentari sadar dia bukan manusia yang baik, kali ini gadis itu memang benar-benar sedang berhalangan.

MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang