"I keep missing you. I try to hide it, but my heart visible anyway. Only you don't know," -I Miss You, Hyorin
Sudah lebih dari seminggu, Juno melihat tirai jendela balkon kamar Mentari tertutup.
Sudah lebih dari seminggu pula, dia tidak pernah lagi berbicara dengan gadis itu.
Dia masih sulit untuk memaparkan apa yang sebenarnya terjadi. Antara teman kecilnya, adik kelas basketnya, dan Natasya. Juno bukannya tidak tahu, dia yakin Natasya ada hubungannya dengan semua ini. begitu pula dengan Reni yang seakan tidak memiliki beban apa pun alih-alih ikut dihukum juga.
Di video yang tersebar itu, jelas Reni dan Nita ikut terlibat. Walaupun wajah mereka tidak terlihat sejelas wajah Mentari, kehadiran mereka jelas-jelas nampak dan kenapa pihak sekolah tidak mencari siapa dua anak perempuan yang memberikan Tari gunting untuk memotong rambut Melati?
Tapi, bagaimana pun, Juno masih ingin menunggu pernyataan dari Melati langsung.
Karena ia tahu Mentari orang seperti apa, justru sulit baginya untuk memastikan apakah benar-benar Mentari pelakunya, atau bukan. Walaupun tempo hari gadis itu sudah meyakinkannya, Juno tahu dua sisi Mentari jadi dia tidak bisa begitu saja menyimpulkan tanpa bukti yang lebih nyata.
"Kak Juno!" Panggil seseorang, yang baru tadi terlintas di benaknya, Melati.
Anak perempuan yang rambutnya kini pendek itu membawa sebuah bola basket di tangan kanannya. Setengah berlari dia menghampiri Juno, membuat rambutnya otomatis bergerak kanan-kiri.
"Kenapa nih tiba-tiba ngajakin gue one on one?" tanya Melati, setelah sampai di depan Juno. Gadis itu masih periang seperti sebelumnya. Rambutnya yang pendek sekarang, bahkan lebih cocok dengan karakter Melati yang agak tomboy. Tapi tetap saja, rambut itiu membuat Juno membayangkan bagaimana Mentari tanpa perasaan mengguntingnya begitu saja.
Lalu imajinasinya memvisualisasi, bagaimana Mentari-mungkin-mendorong Melati ke dalam toilet lalu menguncinya di sana.
"Kak?"
"Eh, yuk," Juno agak tersentak, dengan cepat menutupinya dengan mengambil bola basket yang dibawa Melati.
Juno mendribel bola santai dengan pikiran yang sangat berkecamuk. Bagaimana caranya mengeruk informasi dari Melati tanpa membuatnya sadar? Semua scenario yang telah disusun Juno semalaman seakan menguap begitu saja.
"Lo belum jawab pertanyaan gue" Ucap Melati sambil membentangkan tangannya. Menjaga agar Juno tidak bergerak maju.
"Pertanyaan apa?"
"Kenapa tiba-tiba ngajak gue one on one?"
Sejenak, Juno diam. Lalu, dengan langkah lebar dia lantas sampai ke tengah lapangan. Melati di belakangnya berlari mengikuti. Permainan dimulai. Juno mendribel bola sambil perlahan bergerak menuju ring. Bermain seakan memang itu tujuannya. "Pengen ngajak lo ngobrol aja, emang ngga boleh?"
Melati terus berusaha menjaga daerahnya, walaupun seberapa pun dia berusaha, Juno tetap berhasil mencetak angka dan bergerak tanpa dia duga. Konsentrasinya terbagi. Tapi berlawanan dengan itu, Juno tetap tenang.
"Lo mau nanya-nanya tentang kejadian itu ya?"
Shoot!
Juno berhenti setelah bola memasuki ring untuk tembakan tiga angka. Tertegun, meskipun berusaha untuk tetap telihat sewajarnya. "Nggak sih, tapi siapa tau aja lo mau cerita,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari
Teen Fiction"Tar?" "Apa?" Mentari membalas panggilan Surya tanpa balas menatap. Memilih untuk tidak menjawab pertanyaan pertama. "Gue benci sama lo, lo tau?" Tanya Surya lagi, membuat kali ini Mentari menoleh. "Kenapa lo mau jalan sama orang yang benci sama lo...