[11] Find Out

33 5 0
                                    

"You know, we will always walk, following the star. 
We were someone's dream, we don't forget each other. 
You must know that, 
I am always by your side," 
Dear Dream, NCT Dream























"HELLO GUYS!"

NITA, Ryan, bahkan Surya hampir terlonjak ketika pintu di depan mereka tiba-tiba terbuka, bersama teriakkan seseorang yang sebenarnya terdengar sengau. Nita tanpa bisa ditahan, memukul lengan Mentari yang sudah mengagetkan mereka. Dibalas Mentari dengan tawa yang sama paraunya.

"Nggak usah ketawa, suara lo udah abis gitu," gerutu Nita, ketika mereka masuk ke ruang tamu yang dingin karena AC yang menyala.

Mentari terbatuk-batuk sebentar. Lalu pandangannya tertumbuk pada seseorang yang berdiri dibelakan Nita.

"Ha.. uhuk, haai Ssurryyaaaaa!!! How's day?"

Nita dan Ryan yang sudah bingung sejak awal, menoleh kepada Surya untuk kesekian kalinya dengan kebingungan yang bertambah-tambah. Dan ketika Surya membalas sapaan Mentari dengan senyum dan dua alis yang terangkat, keduanya sepakat bahwa ada rahasia yang tidak mereka tahu tentang dua manusia itu.

"Nggak ada lo, nggak ada yang brisik di depan gue,"

"Emang gue brisik ya?" Mentari berlagak protes. "Gue nggak brisik kok Ya... cuma sedikit gasrak gusruk aja, hehe,"

CLAP!

Nita menepuk sekali tanggannya, membuat dua orang yang asyik dengan obrolan mereka itu, sama-sama menoleh.

"Kalian kenapa sih?" Ryan akhirnya angkat bicara. Dia memang tidak suka sikap keduanya di awal, apalagi Surya yang terkesan antipati dengan kehadiran Mentari. Solah-olah eksistensi Mentari membuatnya alergi. Seakan-akan mendengar suara Mentari saja bisa membuat telinganya iritasi.

Tapi perubahan ini jelas-jelas terlalu mendadak.

"Jelasin ke kita sekarang juga. Kalian kenapa? Kenapa mendadak seakan akan kalian udah sahabatan bertahun-tahun—"

"Emang gitu kok Nit," Ucap Mentari penuh senyum. Dia otomatis teringat cerita Mamanya semalam.

Tika menghampiri mereka dan mengantarkan nampan berisi gelas-gelas jus. Sekarang, mereka bereempat sudah duduk di karpet beludru ruang tengah yang hangat.

Nita menyuruh Tika cepat-cepat meninggalkan gelas-gelas itu di atas meja lalu pergi, supaya Mentari bisa melanjutkan penjelasannya.

"Maksud lo?"

"Maksud Tari, gue sama dia emang udah kenal dari kecil. Tapi kita sama-sama baru tau," Tambah Surya. Setengah berbohong karena sebenarnya, dia sudah mengenal Mentari sejak awal. Sejak pertama kalinya dia menginjakkan kaki ke rumah mewah ini, mungkin, sembilan tahun lalu?

Klise memang. Tapi, begitulah. Alasan kenapa Surya begitu membenci Mentari adalah karena dia tidak ingin berhubungan lagi dengan masa lalunya. Yang hanya akan membuatnya ingin kembali. Yang hanya menyisakan sakit karena tak ada waktu yang bisa diputar ulang. Setiap melihat Mentari, Surya kadang teringat orangtuanya.

Tapi Surya sadar, kalau dia seperti itu, berarti dia egois. Tidak akan ada yang berubah, kalau tidak ada orang yang merubah.

"Gini loh genks, uhhuk uhhuk, Mamanya Surya sama Mama tuh dulu temenan gitu. Terus kita sering main bareng deh," Jelas Mentari sekenanya. Surya menoleh, dalam hati, bertanya-tanya kenapa Mentari tidak menyebut-nyebut tentang Bundanya.

MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang