ps: kritik dan saran sangat diperlukan:)
" You don't even know how much,
I regretted letting you go,"
—Beautiful Pain, BtoBPagi ini, sama seperti pagi biasanya bagi Surya. Dia berjalan memasuki gerbang sekolah. Satu tangannya membawa buku tebal, pandangannya lurus, dan di telinganya, terpasang earphone usang yang terhubung ke sebuah mp3 yang sama usangnya.
Cowok itu berhenti sebelum kakinya menginjak lantai koridor. Dia merogoh saku depan tas ranselnya, mencari-cari sesuatu. Ash, kenapa juga ponselnya mesti ketinggalan?!
"KAK SURYA!"
Surya otomatis menoleh. Dia pikir itu suara Melati, tapi melihat siapa yang sekarang berlari ke arahnya, Surya sadar Melati tidak mungkin datang sepagi ini ke sekolah.
"KAK SURYA..." Panggil gadis kuncir kuda itu lagi, ketika sudah sampai tepat di depannya. Sebentar, dia mengatur napas. "Melati kak..."
Mendengar nama Melati disebut, dan melihat bagaimana wajah cemas anak perempuan di depannya ini, membuat Surya mendadak dibanjiri perasaan tidak enak. Dia memang belum bertemu Melati dari kemarin, karena dia sangat sibuk dengan tugas dan bukan jadwalnya untuk mengajarkan gadis itu.
Tapi, hal seperti ini bahkan sudah biasa. Melati tidak selalu ada dalam jarak pandangnya karena toh, mereka punya dunia masing-masing. Ayolah, waktu Melati masih SMP, mereka malah lebih sering hanya bertemu untuk belajar.
"Melati... kak..." Napas anak itu masih terengah-engah. Mungkin dia berlari dari jauh.
"Kenapa?" Tanya Surya akhirnya.
"Melati pingsan kak, aku nggak tau, di toilet, ada yang nemuin dia, tadi pagi..."
Potongan-potongan kalimat itu cukup untuk membuat Surya mematung sejenak. Dalam kurun waktu itu, dia mencerna ucapan gadis di depannya ini. Dan ketika Surya menangkap maksud ucapan itu, dia lantas berlari secepat yang ia bisa. Masih dengan harapan bahwa tidak ada sesuatu yang buruk terjadi. Atau setidaknya, tidak seburuk yang ia bayangkan.
Celine, anak perempuan yang baru saja berbicara pada Surya, memegang jantungnya yang seperti hampir copot karena kelelahan berlari. Dia berbalik, berteriak dengan sisa-sisa tenaga yang dia punya, "LANTAI DUA KAAAKK!!"
Lalu gadis itu jatuh terduduk di lantai lobby yang hanya ada beberapa orang di sana. Merutuk. Menyesali keputusannya untuk terlibat dalam semua ini.
Karena Celine melihat Melati pergi dengan matanya sendiri. Dan setelah segalanya, dia benar-benar mengutuk keputusan itu.
***
6.30
Juno mengacak rambut Mentari sementara gadis itu menutup mulutnya yang terbuka, menguap. Mungkin ini rekor baru untuknya karena bisa datang sepagi ini, walaupun jelas-jelas matanya masih ingin terpejam. Awalnya, Juno juga heran ketika Mentari tiba-tiba masuk ke rumahnya dan bilang dia akan nebeng. Saat Juno bilang, kok tumben? Ada acara apa nih di sekolah?, Mentari hanya balas berdesis sambil mengucek-ngucek matanya yang masih setengah terbuka, nggak ada elah.
Lalu mereka pun berangkat dengan Juno sebagai supirnya. Sedangkan Mentari, dia memilih untuk tidur lagi selama perjalan ke sekolah.
"Tar?"
Mentari mengehentikan langkahnya. Menoleh. Mereka sudah di parkiran sekarang.
"Nggak jadi," balas Juno, sambil tertawa dan untuk ke sekian kalinya, mengacak rambut sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari
Teen Fiction"Tar?" "Apa?" Mentari membalas panggilan Surya tanpa balas menatap. Memilih untuk tidak menjawab pertanyaan pertama. "Gue benci sama lo, lo tau?" Tanya Surya lagi, membuat kali ini Mentari menoleh. "Kenapa lo mau jalan sama orang yang benci sama lo...