"Even if you sleep with your thoughts
Nothing happens anyway,"—Sunrise, GFriend
HARI ini, Mentari datang lebih pagi ke sekolah. Itu karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia bangun sebelum matahari naik, dan menjalankan kewajibannya tanpa sepengetahuan siapa pun di rumah. Setelah membersihkan diri karena masa halangannya sudah selesai, kewajiban itu ia lakukan sesuai tekadnya tadi malam.
Sindiran kecil Surya entah bagaimana membuat hatinya tergerak.
"SURYA!"
Voila! Mentari melihat cowok itu sedang berjalan di koridor yang sama dengannya. Koridor yang mengarah ke loker.
"Morning!" Sapa Mentari. Penasaran dengan respon yang akan cowok itu berikan kalau ia bersikap baik padanya. Tapi Surya hanya menggeleng kecil. Mempercepat langkah.
"Surya gue ngomong sama lo!" Gadis itu sadar Surya masih menghindarinya. Bahkan setelah beberapa percakapan kecil mereka kemarin, Surya masih apatis. Padahal, Mentari sudah memutuskan untuk tidak bertanya tentang alasan Surya membencinya karena ia pikir, itu tidak akan terjadi lagi kalau mereka sudah saling kenal.
Tapi Surya masih sama seperti awal pertemuan mereka. Jangankan membalas sapaannya, menoleh pun dia tidak mau.
"Surya gue bilang morning!" Mentari masih bersikeras. "Apa susahnya sih, bales, Pagi juga Tari! Atau apa kek, nyebelin banget!"
Mereka sampai di loker, di ujung koridor sebelum tangga menuju kelas.
Surya membuka lokernya dan mengambil sekitar tiga buku dari sana. Sementara Mentari, dia hanya mengambil satu binder yang biasa dia pakai untuk menulis apa pun.
"Surya," Panggil Mentari, saat cowok itu masih sibuk menyusun buku-buku tebalnya. Tidak ada tanggapan apa pun.
"Lo sebenci itu ya, sama gue?"
Tepat setelah Mentari melayangkan pertanyaan itu dengan putus asa, Surya menutup pintu lokernya dan berjalan menuju kelas. Dia melewati Mentari begitu saja. Membuat gadis itu menghela napasnya kasar, lalu meniup poninya dengan mood yang seketika hancur berantakan.
Sial.
BRAAKK! "AARRGH!"
Sial, lagi. Mentari baru berbalik dan mengambil langkah ketika seseorang berlari, menabrak badannya dan menumpahkan susuatu yang... yaks, benar-benar lengket. Tabrakan itu cukup keras sampai membuat mereka berdua jatuh terduduk di lantai koridor. Dan yang lebih parahnya lagi, pergelangan tangan Mentari yang refleks ia gunakan untuk menahan badan, seperti terkilir sehingga menimbulkan sakit yang kontan membuat Metari meringis.
Gadis itu lalu mendongak. Menemukan seseorang yang cukup ia kenal hanya dengan sekali lihat.
"Tar, lo nggak papa?" Tiba-tiba Juno sudah berada di sampingnya. Mentari tidak benar-benar tahu kapan Juno sampai di sini karena mereka berangkat secara terpisah.
"Mel, lo juga nggak papa?"
Mentari kontan menoleh cepat ke arah Juno. Sejak kapan Juno mengenal orang yang baru menabraknya ini? Wahh.. Dalam hati, Mentari tertawa sinis mengetahui satu fakta bahwa Juno, bahkan tahu dan malah sudah mengenal Melati.
Ah, Mentari ingat!
"Dia ternyata anak sepuluh satu. Yaa... lumayan lah, baru masuk udah jadi tim inti basket sekolah" Melati anak basket, makannnya Juno bisa mengenal anak itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari
Teen Fiction"Tar?" "Apa?" Mentari membalas panggilan Surya tanpa balas menatap. Memilih untuk tidak menjawab pertanyaan pertama. "Gue benci sama lo, lo tau?" Tanya Surya lagi, membuat kali ini Mentari menoleh. "Kenapa lo mau jalan sama orang yang benci sama lo...