"My entire room is covered with memories of you,
and now, with tears,"
—The Night of The First Break Up, IU
Untuk orang-orang paling berharga di hidup gue, kalian yang di hatinya masih punya rasa benci ke gue, dan penghuni SMA Edhel Persona.
Ini gue, Mentari. Orang yang lo bilang paling punya kuasa di sekolah. Nyatanya, gue sama aja sama kalian. Cewek delapan belas tahun, yang selalu berusaha buat nemuin mimpinya. Yang susah bangun lebih pagi, selalu terlambat masuk sekolah, benci ulangan, Childish, dan selalu ngeluh masalah tugas.
Gue tau, seratus kali pun gue minta maaf, nggak akan bisa nyembuhi rasa sakit yang ada di hati kalian karena gue.. but still, maaf atas segalanya. Lo boleh benci gue sesukanya atau maafin gue seikhlasnya.
Selama ini, gue mengatasnamakan orang lain atas semua tindakan gue. Ada alesan yang nggak bisa gue jelasin. Tapi gue sadar. Nggak ada pembenaran buat kelakuan gue, apa pun alesan itu. Gue salah. Gue bener-bener salah.
Juga, makasih. Untuk pernah jadi bagian dari hidup gue, dan masa-masa SMA gue yang nggak akan pernah bisa diulang.
Untuk kelas dua belas, semangat UN dan segala tes-tesnya, gue yakin kalian bisa!
Buat kelas sepuluh-sebelas, selamat mewarnai masa putih abu-abu kalian.
Regards, Mentari Sania Reyn. April, 2017..
***
"Lo beneran kenal sama Tari?" Dika berusaha menyejajarkan langkahnya dengan orang yang baru pertama kali ia temui itu. Mereka masih di sekolah, dan gadis itu meminta Dika untuk mengikutinya. "Woi Melati gue nanya sama lo,"
"Lo bisa nggak usah brisik nggak sih?" Dia, Melati. Sekarang usianya nyaris sembilan belas tahun. "Diem, atau gue balik sekarang,"
Dika mau tak mau mengunci mulutnya. Mereka kemudian naik ke lantai dua, ke lorong kelas dua belas. Melati berhenti di depan satu ruangan berlebel XII MIPA 1, lalu membuka pintunya yang ternyata tidak terkunci.
Dika memicingkan mata, menatap sekeliling. Dia mengerti, gadis ini mungkin baru saja menunjukkan ruang kelas Mentari terakhir kali. Dika sudah menjelaskan kalau sahabatnya itu sedikit-banyak mengalami amnesia pasca koma. Melati sempat kaget, namun dia lalu membawanya ke sini.
"Mentari... beneran lupa semuanya?"
Dika mengangguk. "Semuanya. Orang yang dia inget cuma gue, Juno, Mama sama Papanya. Dia malah sempet nanyain kucingnya yang udah mati. Pokoknya parah lah,"
Melati masih terpaku. Dia membiarkan Dika berjalan ke sekeliling. Melihat foto-foto yang ditempel di mading belakang kelas. Melati masih sulit percaya.
"Gue tanya lagi nih ya, lo kenal Mentari? Beneran?"
"Gue adek kelasnya," Melati menjawab jujur. Namun tidak menambahkan fakta bahwa mereka mungkin pernah bertemu sebelum itu. Ingat? Mamanya dan Sonya Lee ternyata berteman.
Dika menunjuk satu foto bertuliskan tahun 2017 di bawahnya. "Gue nggak nemu Tari,"
"Karena emang nggak ada," Melati berjalan menghampiri cowok itu. "Mentari kecelakaan sehari sebelum hari tenang, pas mau UN. Dia nggak ikut foto buku tahunan, nggak ikut graduation, apalagi prom night,"
"Terus maksud lo apa ngajak gue ke sini?" Tanya Dika, membuat Melati mendelik ke arahnya. Gadis itu lalu membuka buku tebal di tangannya, yang barusan Dika tuding sebagai buku angkatan Juno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari
Teen Fiction"Tar?" "Apa?" Mentari membalas panggilan Surya tanpa balas menatap. Memilih untuk tidak menjawab pertanyaan pertama. "Gue benci sama lo, lo tau?" Tanya Surya lagi, membuat kali ini Mentari menoleh. "Kenapa lo mau jalan sama orang yang benci sama lo...