[18] Dream Maping

42 5 0
                                    

"You are beautiful just as you were yesterday. 
No, you're more beautiful then you were yesterday," 
Dream, Suzy ft Baekhyun

























WAKTU melesat seperti peluru yang dilepas dari senapan.

Walaupun hanya bersama Nita, Ryan, Surya, dan Juno, Mentari menghabiskan tiap detiknya di sekolah lebih lepas dari dibandingkan saat dulu gengnya masing utuh. Mertari tidak tahu masalahnya sudah selesai atau belum, yang jelas, Celine, atau para mantan sahabatnya itu tidak lagi mengganggu hari-harinya. Tidak ada tambahan coretan di loker, tumpahan air, apalagi lemparan telur ke bajunya.

Tidak ada orang yang mengikutinya juga.

Dan yang terpenting, dia juga sudah memaafkan Juno. Sama seperti Juno yang tidak lagi membahas kelakuan Mentari. Toh dia juga sudah bertekad untuk memulai harinya seperti orang normal. Meskipun, tetap saja. sesuatu dihatinya seperti menggelitik setiap dia bertemu orang-orang yang pernah 'berurusan' dengannya. Rasanya seperti Mentari ingin melupakan saja ingatannya tentang orang-orang itu.

Juno juga bilang kalau masalahnya dengan Natasya sudah selesai. Dia bilang Natasya tiba-tiba berhenti mengejar-ngejarnya. Berhenti mengiriminya pesan, bahkan cenderung menghindar. Aneh.

"Lo mau gambar apa?

Mentari terperanjat, menoleh pada orang yang barusan bertanya kepadanya. Dia lalu melihat kertas gambar A3 di atas meja. Mereka sedang di perpustakaan, duduk melingkar mengerjakan tugas yang diberikan Bu Anya membuat dream maping. Tentang tujuan mereka setelah lulus SMA, cita-cita, rencana masa depan, semacam itu lah.

Tapi kertas Mentari masih kosong.

"Gatauuu," Ucapnya sedih lalu menurunkan sudut bibir. Bahunya merosot.

Tangan Surya refleks terangkat untuk mengacak rambut Mentari, sesuatu yang tanpa dia sadar selalu dilakukannya tiap gadis itu bertingkah menggemaskan. Dan sekian detik kemudian, Surya akan langsung tersadar. Menarik tangannya dan membuang muka supaya otaknya yang mendadak kacau kembali rasional.

Sementara yang diacak rambutnya, dia hanya mengangkat bahu setiap itu terjadi.

"Emang lo gambar apa?" Mentari tiba-tiba mencondongkan tubuhnya untuk melihat apa yang Surya gambar, otomatis, cowok itu seketika panik. Dengan segera, dua jarinya menahan kening Mentari agar kepalanya tak semakin mengikis jarak.

Ryan di depan mereka hanya tertawa, Nita menggeleng tak habis pikir. Juno, yang juga duduk satu meja dengan mereka, baru kembali dari mengambil sepidolnya di kelas.

"Kenapa lo Tar?" Tanya Juno, heran.

Mentari tidak menjawab dan berpura-pura konsentrasi pada garis tepi yang sedang digoresnya.

Ah, Surya jadi merasa bersalah.

"NIT, Dream map lo bagus banget," Cetus Surya, mencoba mengalihkan perhatian. Dan berhasil! Mentari mendongak melihat gambar Nita yang hampir selesai. Ada seseorang yang memegang buku sketsa di tengah peta mimpinya, Mentari jelas tahu. Nita kan mau jadi designer!

Ryan ikut menunjukkan miliknya yang sudah setengah jalan. Dan Juno, dia sedang membuat list impiannya untuk lima tahun ke depan.

Mentari bersandar pada sandaran kursi, dia tidak tahu mencari mimpinya saja bisa sesulit ini.

"Coba pikirin dulu, lo sukanya apa. kegiatan yang lo lakuin dan nggak bosen-bosen apa. Atau lo pengen jadi kayak siapa," Jelas Surya, tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaannya.

MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang