[2] Just The Way She's

103 10 1
                                    

"Because that was all in order to meet you

Because that made me meet you," 
–Forever and a day, Lean on Me




















"JUNOO!! FIGHTING!"

Mentari baru saja menginjakkan kaki di anak tangga terakhir, ketika Natasya di belakangnya tiba-tiba berlari sambil berteriak dengan lantang. Gadis itu heran sebentar. Tapi, ketika Natasya menepuk kening dan menatap Mentari takut-takut, dia malah jadi tertawa pelan.

Tangga dari kelas XII IPA ke luar, memang berujung tepat menghadap lapangan basket out door. Hanya berjarak koridor sempit yang dibatasi sebuah pagar besi selutut. Dan sekarang, di lapangan basket yang diguyur oleh derasnya sinar matahari, Juno dan teman-teman se-timnya sedang melakukan pertandingan persahabatan dengan sekolah seberang.

Suara riuh lapangan membuat Mentari mengenyahkan sebentar perintah mamanya untuk segera pulang ke rumah. Lebih dari Reni ataupun anak-anak Edhel Persona lainnya, dia juga ingin memberikan semangat pada Juno.

"Sori Tar, hehe kebawa suasana," Ucap Natasya, berdiri lagi di belakang Mentari. Reni dan Nita menyikut pelan lengan gadis itu. Memperingatkannya untuk tidak seenak jidat lagi terutama, terkait dengan Juno.

"Lah kenapa emangnya? Kita emang harus nyemangatin Juno, kan?" Mentari tertawa , kakinya melangkah maju meninggalkan teman-temannya di belakang bersama ketidakpercayaan. Mereka kaget karena selama dua tahun mereka mengenal Mentari, ini pertama kalinya dia seperti meruntuhkan dinding yang menutupi Juno. Selama ini tak ada yang berani mendekati cowok itu karena tanpa bicara pun, seperti sudah ada cap di kepala mereka.

Mentari milik Juno. Juno milik Mentari. Dan keduanya terlalu sempurna untuk satu sama lain.

Sementara itu, seperti sebongkah lilin yang dihujamkan besi panas, kerumunan penonton yang berdiri di pinggir lapangan langsung menyingkir dengan sekali kata misi dan segaris senyum.

Herjuno Aryasatya, yang menjadi poros dari seluruh mata, entah bagaimana langsung menyadari kehadiran orang yang sejak tadi ditunggu-tunggunya. Anak laki-laki itu bahkan membiarkan lawan lolos begitu saja memasuki daerah pertahanan.

Pandangan mereka lalu bertemu.

"Semangaaaat!" Kata-kata itu hanya diucapkan Mentari lewat gerakan mulut, tapi, Juno langsung tahu. Dibalasnya dukungan Mentari dengan sebuah senyum lebar dan tatapan lembut nan hangat yang belum pernah dia berikan kepada siapa pun. Lalu, Juno kembali berlari mengejar bola dengan semangat yang sudah tercharge.

Senyum Mentari selalu membuatnya merasa tenang. Dari dulu, seperti sudah terdokrin di kepalanya kalau Mentari tersenyum, segalanya akan berjalan sesuai keinginan.

Entahlah, mungkin hanya sugestinya saja.

***

Melati duduk di salah satu spot ternyaman di sekolahnya alias di bawah pohon rindang atau yang biasa teman-temannya sebut 'DPR'. Tempat ini sekarang sepi karena hampir semua orang ada di lapangan basket outdoor, menyaksikan pertandingan basket antara sekolahnya dan SMA tentangga.

Padahal dia anak basket, tapi melihat kerumunan itu saja, dia sudah bisa membayangkan bagaimana pengapnya. Baru gadis itu akan menyilangkan kaki, mata Melati menangkap seorang cowok dengan badge kelas dua belas di lengan baju sebelah kanannya, yang baru naik ke tangga menuju perpustakaan.

Dia mendadak teringat kejadian kemarin.

"Lo apaan sih kak, dateng tiba-tiba nabrak gue terus sekarang gue ditarik ke sini. Lo tau nggak sih gue lagi ngapain?" Gadis itu menepuk-nepuk beberapa bagian rok abu-abunya yang kotor. Menatap orang di depannya, yang sudah berhasil menarik dia sampai gerbang depan sekolah, dengan pandangan kesal tentu saja.

MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang