"Keluar kalian berdua!"
Sean dan Airin memberenggut masam ketika didorong keluar oleh penjaga perpus galak itu. Mengusap telinga mereka yang merah akibat dijewer sejak dari dalam. Kemudian nyeri di bibir keduanya yang sama-sama berdarah karena hantaman tak sengaja tadi. Sekarang, mereka berdua berdiri di depan perpus, diikuti tatapan aneh dari orang-orang yang lewat hendak masuk.
"Udah berisik, bawa makanan, mesum pula." Wanita tambun itu menggerutu sambil membenarkan letak kacamata minusnya, berkacak pinggang.
"Kami gak mesum!" Airin berteriak kesal. Menghentakkan kaki. Harus berapa kali dia mengatakan bahwa dia dan Sean tidak mesum?
"Kalian mesum. Tadi, kalian ciuman."
Airin menepuk keningnya frustrasi, sambil menutup mata menahan emosi. "Itu karena Ibu yang misahin pake tenaga kingkong!"
Sean yang sedari tadi hanya diam sambil mengusap darah di bibirnya akhirnya menoleh pada Airin. Ingin menghentikan dan bilang bahwa itu tidak sopan, tapi urung ketika Airin balik menatapnya seolah akan menguliti hidup-hidup. Maka, Sean memilih diam kembali.
"KAMI GAK MESUM!"
"Kalian ini sudah untung tidak saya panggilkan satpam-"
"Maafkan kami, Bu. Kami salah. Makasih karena gak nyuruh satpam nyeret kami." Sean segera menyela. Membungkuk sopan. "Kami pamit, permisi." Dia segera menarik lengan Airin sebelum gadis itu malah ngelantur dan membuat masalah semakin keruh.
Baru berapa langkah, Airin menyentak lengannya hingga tarikan Sean lepas. Laki-laki itu menghentikan langkah, menoleh ke belakang. Mendapati wajah kesal Airin yang siap mengamuk.
"Lo kok ngaku salah sih!"
Beberapa detik diam menatap Airin yang mendengus berulang, Sean menghela napas. "Kenapa?" tanyanya tenang.
"KENAPA!" Airin melotot. Sedikit meringis ketika berteriak, nyeri di bibirnya masih terasa. "Kita kan gak mesum, Sean!" Sudah pusing kepalanya. Capek-capek mengerjakan tugas, tapi malah jadi amburadul. Sekarang, dicap melakukan mesum pula oleh penjaga perpustakaan umum. Apa salah hamba?
"Iya," jawab Sean tenang.Gadis di depannya ini sedang dapet, dia mengingatkan dalam hati. Siapa yang mau melawan?
"Ibu itu yang ngebuat kita gak sengaja ciuman!" Airin menunjuk ke arah perpustakaan yang sudah jauh.
"Iya."
"Dia yang salah!"
"Iya."
"Kok iya iya mulu lo!" Airin kesal juga. Menatap emosi ke arah laki-laki di depannya yang masih bertahan dengan tampang datar seperti biasa. Sebenarnya Sean ini manusia atau bukan sih? Sejak tadi dimarah-marahipun oleh Ibu Penjaga Galak itu, dia masih bertahan dengan tampang seperti ini.
"Ya udah, enggak."
Airin mendengus. "Bodo." Dia melangkah mendahului Sean. Membiarkan laki-laki itu mengekor di belakang dengan kekehan lirih. Meraba bibirnya sendiri yang darahnya sudah mengering.
🌹🌹🌹
Keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, Airin mendapati ponselnya yang ada di atas ranjang menyala. Sedari tadi ponselnya terus berbunyi tanda ada panggilan masuk, namun saat itu Airin ada di kamar mandi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASEAN (TELAH TERBIT)
Teen FictionSemula, kehidupan perkuliahan Airin Divyanita sebagai mahasiswa kedokteran baik-baik saja. Lurus dan terlampau datar. Namun, tiba-tiba merumit semenjak alam berkonspirasi dan mempertemukannya dengan Asean Baratha. Laki-laki itu, antara hitam dan pu...