"Dan apa pantas kata maaf itu diterima setelah lo menganggap nyawa manusai sebagai mainan, Yuan?"
Bukan suara Airin, karena gadis itu masih diam seribu bahasa. Ingin menyahut seperti apa? Dia bingung sahutan macam apa yang akan keluar disaat dia saja tak percaya atas semua yang diucapkan sahabatnya ini. Bagaimana bisa?
Itu suara Windy. Dia terlampau marah. Sangat marah. Dia tidak pernah menyangka Yuan akan tega melakukan semua itu. Selama mereka bersahabat, Yuan yang selalu membawa tawa. Lantas kenapa dia juga yang merusak segalanya dalam sekejap mata hanya karena kata bullshit bernama cinta? Tidak, bukan cinta. Itu obsesi dan dendam.
Yuan menoleh ke arah Windy yang menatap tajam ke arahnya. Sementara Windy duduk santai dengan senyum masam.
"Bagaimana bisa lo menganggap nyawa orang sebagai mainan, Yuan? Jawab. Bagaimana bisa?" Windy mengulang. Kali ini lebih menekankan setiap kata-katanya. "Selama ini lo anggap apa persahabatan kita? Gue kira kita benar-benar sahabat, saudara. Tapi apa? Lo nyimpan keirian lo pada Airin, hingga dendam menguasai lo seperti ini."
Yuan tidak mampu menjawab. Dia hanya mampu menangis keras. Airin dapat melihat penyesalan itu di mata Yuan. Dia dapat paham bahwa Yuan benar-benar merasa bersalah.
"Gue udah maafin lo kok, Yuan." Suara lembut Airin membuat Yuan mengangkat kepala. Mempertemukan tatapan mereka. Pipi mereka telah sama-sama basah oleh air mata.
"Rin…" Windy menegur pelan.
"Gue gak pernah benci sama Yuan. Gue cuma syok dan… kecewa. Hanya itu aja. Gue cuma nunggu dia sadar aja. Tanpa dia minta maaf, gue udah maafin. Mungkin memang salah gue."
"Lo terlalu baik." Windy melengos. Jengah. Dia tidak paham pada Airin yang terlampau penuh maaf dan bisa menerima segala perlakuan Yuan.
"Sekali lagi maaf, Rin." Yuan masih berlutut. Memegang tangan Airin dengan erat.
"Bangun." Airin menarik Yuan bangkit. Membantunya duduk di dekatnya. "Kita sahabat, Yuan. Gue pasti maafin lo." Senyum Airin mengembang. Yuan segera menghambur memeluknya, kemudian menangis. Inikah sahabat yang selama ini selalu ia jadikan bahan iri? Inikah sahabat tempat dia menaruh dendam? Bagaimana bisa dia sebuta itu?
Windy masihlah tidak mau melihat adegan di depannya. Dia masih marah. Masih tidak bisa menerima semuanya. Tapi, bukankah dia hanya butuh waktu untuk mengobati lukanya?
🌹🌹🌹
Segalanya usai. Rumor tentang salah satu mahasiswi yang menggoda dosen demi nilai telah terpatahkan. Bayu menyebar gambar-gambar yang diyakini asli di grup angkatan, hingga semua menyebar ke seisi kampus. Gambar pemain film semi, dan bukan dari salah satu mahasiswi ataupun dosen.
Siapa yang tidak percaya pada Bayu jika sudah menyangkut masalah keaktualan sebuah gembar-gembor? Semua percaya. Para mahasiswa dan mahasiswi tidak sadar bahwa diam-diam dosen yang sesungguhnya bersangkut paut dengan semua ini tengah mengelus dada. Begitupula Yuan yang kini tidak masuk kampus karena sakit.
Airin cukup dibuat bingung dengan apa yang terjadi di kampusnya pagi tadi. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Tidak masalah. Karena ketika mendengar nama Bayu disebut-sebut, dia sudah tahu bahwa itu bukanlah hal baru. Anak itu pasti membuat berita heboh lagi.
Hingga sekarang kelasnya usai, koridor masih terisi gosip. Sean ke kantin duluan, dan Airin akan menyusul sebentar lagi. Windy lagi-lagi menghilang, ditarik Chandra. Mungkin Windy juga hanya mencoba menenangkan diri karena kemarin masih tidak terima karena Airin memaafkan Yuan dengan begitu mudah.
"Rin?" Seseorang gadis menepuk pelan pundak Airin. Membuat Airin berbalik dengan kernyitan bingung.
"Ada apa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
ASEAN (TELAH TERBIT)
Novela JuvenilSemula, kehidupan perkuliahan Airin Divyanita sebagai mahasiswa kedokteran baik-baik saja. Lurus dan terlampau datar. Namun, tiba-tiba merumit semenjak alam berkonspirasi dan mempertemukannya dengan Asean Baratha. Laki-laki itu, antara hitam dan pu...