Selama menyusuri toko buku, Airin hanya diam memerhatikan Sean yang berjalan di depannya dengan berbagai macam pertanyaan di kepala. Setelah dari kaffe tadi, mereka langsung ke toko buku. Airin yang awalnya ingin mencari buku, malah tak jadi. Sekarang ia hanya berkeliling mengikuti Sean. Sedangkan lelaki itu juga tak bersuara sama sekali.
Airin teringat percakapan cowok-cowok tadi di kaffe. Apa ada sangkut pautnya dengan Sean? Atau Sean hanya tak senang pada mereka karena sempat merayu Airin tadi? Ah, ia jadi pusing sendiri. Kenapa pula dia jadi sangat penasaran pada urusan orang lain?
"Gimana? Udah nemu buku yang lo cari?" Sean menghentikan langkah dengan mendadak, kemudian berbalik. Membuat Airin dibelakangnya menghantam dadanya karena tak siap.
"Aduh," keluh Airin meraba kepalanya.
"Eh, maaf. Sakit?" Sean merendahkah tubuh untuk mengecek kepala Airin.
Gadis itu mengangkat kepala, kemudian menyengir lebar. "Hehe, gak kok," jawabnya diiringi tawa kecil.
Sean terkekeh pelan. "Kirain bakal bocor." Dia kembali menegakkan tubuh dan berjalan lagi seolah tak peduli. Meninggalkan Airin yang kini mengerucutkan bibirnya. Dalam hati sedikit lega, setidaknya Sean mengeluarkan suara, dan tak hanya diam seperti tadi.
Airin langsung mengambil buku di rak yang ada di dekatnya secara asal, tanpa membaca judulnya lebih dulu. Ia segera menyusul Sean untuk memberi tahu bahwa sudah mendapat apa yang ia cari. Padahal niat awalnya ingin membeli novel, tapi mendadak seleranya hilang dan ingin cepat mengerjakan tugas dengan Sean.
"Sean, gue udah dapet bukunya." Airin melambai-lambaikan bukunya ke arah Sean. Sementara lelaki yang berdiri tak jauh darinya itu memicingkan mata.
Sean mengangguk sebelum akhirnya mendekat. Saat tiba di hadapan Airin, ia merendahkah tubuh untuk membaca judul buku yang dipegang Airin. Ia sempat mengernyit, namun akhirnya tersenyum tanpa sadar.
"Lo ngapain beli buku ini?"
Airin mengangkat alisnya. "Kita kan-"
"Kita?"
"Iya kita."
"Kita kanapa?"
"Iya, kita kan mau-"
"Kita..." Sean malah mendekatkan tubuhnya. Reflek membuat Airin memundurkan tubuh dengan perasaan bingung.
"Kita-"
"Kita mau apa?" Sean menuntut jawaban, bahkan tak memberikan waktu untuk Airin menjawab. Airin tak mengerti kenapa Sean malah tersenyum jahil seperti sekarang ini.
Sean mendekatkan bibirnya di telinga Airin dan berbisik pelan. "Lo mau nikah sama gue?"
Airin segera menjauhkan wajah Sean dari telinganya. Dia membulatkan matanya mendengar ucapan Sean tadi.
"Gak nyambung tahu gak?"
Sean terkekeh lagi. Dia mencubit pipi Airin gemas. Sedangkan gadis itu sungguh tak mengerti. Ada yang salah, kah?
Sean mengedikkan dagunya ke arah buku yang dipegang Airin, kemudian berlalu menuju kasir. Airin yang bingung segera mengecek apa ada yang salah dengan bukunya. Dan saat ia melihat judul buku itu, ia baru sadar sudah salah mengambil buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASEAN (TELAH TERBIT)
Подростковая литератураSemula, kehidupan perkuliahan Airin Divyanita sebagai mahasiswa kedokteran baik-baik saja. Lurus dan terlampau datar. Namun, tiba-tiba merumit semenjak alam berkonspirasi dan mempertemukannya dengan Asean Baratha. Laki-laki itu, antara hitam dan pu...