Kejadian kemarin cukup mengganggu pikiran Airin. Dia jadi sering diam dan hanya melamun. Seperti sekarang misalnya. Keramain kafeteria tidak cukup membuatnya mengalihkan pandangan dari es teh di depannya. Bahkan, menghiraukan Windy yang menatap penasaran sejak tadi.
"Sean kemana, Rin?" Yuan yang baru datang langsung mengambil duduk di dekat Windy. Menaruh tehnya di meja.
Windy mengalihkan pandangan ke arah Yuan. Sedikit bingung. Akhir-akhir ini Yuan sudah tidak menyebut-nyebut nama Sean, bahkan anteng saja saat Airin dan Sean sering kelihatan bersama.
"Dia kecelakaan," ujar Airin akhirnya. Dia menghela napas. Mengaduk tehnya dengan sedotan.
"Hah? Kapan?" Yuan bertanya kaget.
"Kemarin."
"Gimana keadaannya?"
"Kakinya patah. Masih pincang." Airin ingat sekali bahwa Sean harus dibopong ke kamar mandi oleh Kaisar.
"Udah jenguk lo?"
"Udah kemarin, bareng Kaisar."
"Pantes Kai gak jemput gue."
"Ada hubungan apa lo sama kakak gue?" Windy akhirnya membuka suara. Pasalnya, kakaknya itu jadi aneh akhir-akhir ini. Sering bangun pagi dan langsung berangkat kampus, padahal biasanya harus disiram olehnya.
"Gak ada." Yuan menggeleng cepat. Seolah sedang tertangkap basah. Dan Windy peka akan hal semacam ini.
"Gak apa-apa kok, gue restuin kalian." Windy menaik-turunkan alisnya. Airin mengalihkan pandangan dari tehnya ke arah Yuan.
"Lo ada hubungan sama Kaisar?"
"Gak ada kok. Apaan sih." Yuan salah tingkah. Dia menyeruput tehnya sok cool. "Gue beli snack dulu." Dia bangkit, pergi dari sana untuk membeli cemilan.
Airin dan Windy saling lempar tatapan. Sepertinya Yuan sudah move-on sungguhan dari Sean.
"Oh ya, nanti gue ikut kalian buat jenguk Sean oke." Suara Yuan terdengar dari kejauhan.
Atau Yuan masih ada sedikit rasa?
🌹🌹🌹
Setelah kejadian di rumah sakit beberapa waktu lalu, Airin memutuskan untuk merawat Sean di kos pemuda itu. Selain karena Sean tinggal sendiri, ia juga tak dapat tidur nyenyak mengingat kaki Sean yang pincang akibat kecelakaan tersebut.
Selama ia menjaga Sean, tak ada satu pun dari keluarga pria tampan itu yang datang menjenguk. Tidak kedua saudaranya apalagi mamanya. Mungkin adik Sean belum selesai dari kegiatan kampusnya atau sengaja tak diberi tahu. Entahlah, Airin merasa Sean seolah anak sebatangkara.
Beberapa kali teman-temannya datang berkunjung. Yang paling sering adalah Kai dan Chandra. Sisanya hanya datang sekali saja saat di rumah sakit.
Setiap selesai kelas, tujuan pertama Airin adalah kos Sean. Jika biasanya ia nongkrong di kafeteria kampus dengan Yuan dulu, ataupun jalan-jalan, kali ini tidak. Bahkan saat di kelas, fokusnya terbagi. Pikirannya ada di kos Sean, sedangkan tubuhnya ada di ruang kelas. Hingga saat kelas usai, ia kerap kali berlari menghampri Kai di fakultas pemuda itu, minta di antar. Sudah tiga hari seperti itu. Dan Kai dengan segenap kekesalan karena acara tidurnya diganggu, mau tak mau menuruti sepupu cantiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASEAN (TELAH TERBIT)
Novela JuvenilSemula, kehidupan perkuliahan Airin Divyanita sebagai mahasiswa kedokteran baik-baik saja. Lurus dan terlampau datar. Namun, tiba-tiba merumit semenjak alam berkonspirasi dan mempertemukannya dengan Asean Baratha. Laki-laki itu, antara hitam dan pu...