ASEAN || 33. Hoax

1.8K 223 10
                                    

Hari ini sepertinya menjadi mimpi buruk bagi Airin. Ia baru saja sembuh dari demamnya, tidak tahu apa yang telah terjadi kemarin. Tidak tahu apa yang telah terjadi selama absen sakitnya. Tapi dari pintu gerbang hingga ke koridor, semua orang menatap sinis ke arahnya, merendahkan, saling berbisik satu sama lain.

Airin merasa de javu. Ia pernah berada di situasi seperti ini. Dulu, saat dirumorkan pacaran dengan Sean. Namun, sepertinya kali ini berbeda. Mereka semua bukan kagum padanya, tapi menghakiminya.

"Gak guna. Bikin malu."

"Semuanya mau diembat. Dasar, wanita penggoda."

"Cantik sih tapi pelakor."

Airin mendengar semua bisik-bisik di sekitarnya, namun dia hanya terus berjalan dengan usaha untuk tidak mendengarkan mereka. Toh, apa yang mereka katakan tidak benar. Kejadian dua hari yang lalu saat Egitha menyerangnya sudah menyebar luas, menjadi berita hangat bahkan setelah hari berlalu.

Ia tahu hal seperti ini pasti terjadi setelah kejadian itu, tapi dia tidak pernah tahu bahwa akan seawet ini. Padahal ia kira, selama dia sakit, gosip itu akan reda dan hilang dengan sendirinya. Tapi hingga hari ini, semua masih terasa sangat hangat.

Tatapan mata Airin terhenti pada kerumunan orang di depan mading. Seharusnya dia tidak peduli. Tapi, ketika orang-orang yang baru datang dari sana malah menatapnya aneh seolah jijik, menutup mulut, melirik sinis, kemudian menjauhinya, ia tahu ada yang tidak beres.

Airin segera melangkah mendekat. Menerobos kerumunan itu, hingga di berada di posisi paling depan. Saat itulah diameter matanya melebar.

"AST-" Airin menutup mulut. Tidak mampu mengeluarkan suaranya lagi. Foto-foto yang terpampang di depannya membuat roh Airin seolah dicabut. Apa-apaan ini?

"Gue kira cuma gosip, ternyata beneran."

"Perek emang."

Airin menunduk dengan mata merah. Dia dapat merasakan darahnya mendidih. Tangannya mengepal erat di sisi tubuh. Ia ingin berteriak pada mereka semua bahwa ini tidak benar. Tapi bagaimana caranya sementara yang ada dalam foto-foto itu benar dirinya. Foto ketika Krish menciumnya di dalam mobil.

Kerumunan itu berangsur menghilang. Sesekali ada yang menabraknya dengan sengaja. Namun Airin tidak kuasa untuk membalas seperti biasanya. Ia tidak bisa mengeluarkan suaranya entah karena apa. Dia cengeng, tapi untuk sekarang tidak ingin menangis.

Seorang lelaki mendekatinya. "Lo bener kok." Ucapan pria itu membuat Airin mengangkat kepala. Menatap lelaki itu meski matanya masih merah. "Lo bener sih ngegodain kakaknya. Lebih tajir daripada Sean. Btw, kalo tidur sama gue mau gak?" Kemudian dia menyeringai.

Airin ingin melayangkan tamparan tapi lelaki itu sudah ditarik pergi oleh temannya sambil tertawa-tawa. Sementara Airin menutup mata untuk mengatur napas.

Dia membalik tubuh. Hendak melangkah menuju kelasnya, namun teriakan Windy menghentikan langkahnya. Gadis itu berlari dari ujung koridor sambil melambai-lambai. Kemudian ngos-ngosan saat tiba di depan Airin.

"Lo baik-baik aja, kan? Kenapa lo masuk hari ini?" Windy langsung memegang pundak Airin seolah memastikan temannya itu baik-baik saja. Meski napasnya senin kamis karena berlari dari parkiran, tapi dia lebih cemas pada Airin. Dia takut Airin diapa-apakan.

"Gue udah sembuh," jawab Airin berusaha terlihat baik-baik saja. Dia menjawab santai seperti biasanya.

Windy melirik mading di belakang Airin. Terbelalak kaget. Tangannya dengan cepat bergerak mencopoti foto-foto itu. Merobek-robeknya hingga kecil, kemudian memasukannya ke tempat sampah yang tak jauh dari sana.

ASEAN (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang