🍀 35. Just the Two of Us

3.8K 330 70
                                    


Digigitnya potongan kecil roti baguette yang ia ambil dari atas piring saji.

Hanya itu yang bisa ia makan.

Ia masih tak berselera untuk memakan makanan lainnya.

Sehun menggigit kecil roti yang masih berada di tangannya itu.

Matanya terfokus pada pemandangan Menara Eiffel yang tampak mendominasi hamparan bangunan-bangunan lain di sekitarnya.

Matahari bersinar lembut menerpa kulitnya, memberikan kehangatan.

Sehun tengah duduk di balkon kamar tempat ia menginap.

Anak itu menyantap sarapannya dengan semangat yang menipis.

Meminum segelas jus jeruk segar tak lebih dari seperempat gelas.

Lalu kembali memakan rotinya lamat-lamat.

Tanpa ia sadari, sang ibu sudah berdiri di belakangnya.

Merunduk pelan dan langsung merangkul pundak Sehun dari belakang dengan lembut.

" Bonjour Hunnie...comment cava??"

Suara wanita itu lembut dalam bahasa Perancis.

Lengannya memeluk leher Sehun.

Lalu mengecup pipi sang anak lembut.

Aroma lembut ibunya menyeruak menyerbu  indera penciuman Sehun.

Anak itu menaruh sisa roti yang belum ia habiskan kembali ke atas piring.

Kedua tangannya ia angkat untuk meraih lengan ibunya yang terasa begitu nyaman.

Menikmati pelukan yang menentramkan dari ibunya.

" Bonjour Eomma..."

" Tres bien..."

Sang ibu tersenyum.

Melepas pelukannya perlahan.

Lalu mengubah posisi, berputar dan duduk di kursi sebelah kiri Sehun.

Tangannya masih terulur dan menggenggam tangan Sehun.

Diperhatikannya sarapan Sehun yang masih tampak tak berkurang.

" Kenapa tak dimakan Hunnie, apa tidak enak?" tanya wanita itu.

Sehun menggeleng.

" Aku tidak terlalu lapar Eomma..."

" Tapi kau harus sarapan Hunnie...bukankah kau akan pergi berkeliling bersama Chanyeol..."

" Kau butuh banyak energi sayang..."

" Eomma potongkan telurnya untukmu, bagaimana...??"

Tangan Song Hye Kyo bergerak cekatan memotong telur setengah matang yang tak tersentuh di atas piring.

Ia mengarahkan potongan kecil tersebut ke depan mulut Sehun.

Mulut anak itu masih tetap  tertutup.

Ia melirik ke arah potongan telur itu lalu ke arah ibunya yang tampak memelas agar Sehun mau makan.

Sehun menghela napas pelan, membuka mulutnya, menerima suapan sang ibu yang akhirnya tersenyum.

Memotong lagi bagian telur tersebut.

" Telur akan memberimu energi yang banyak sebelum perjalananmu nanti Hunnie..." disuapkannya lagi potongan telur berikutnya.

Sehun terus mengunyah dengan susah payah.

Setelah menelan beberapa suapan, mulutnya tak mau berkompromi lagi.
Spontan kedua tangannya menyilang menolak suapan berikutnya.

Invisible : Dying for Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang