🍀 19. Being Stubborn

4.6K 377 110
                                    


Suara dengung mesin elektrodiagram rumah sakit yang konstan membangunkan Sehun dari tidurnya.

Kedua pelupuk matanya bergetar perlahan, sedikit membuka.
Mencoba menyesuaikan dengan pencahayaan yang terang dalam ruangan tersebut.

Matanya setengah membuka, masih belum terbiasa dengan keadaan di sekelilingnya.

Tenggorokannya terasa kering.
Ia ingin mengeluarkan suara,  namun tak sanggup.

Tenggorokannya hanya bisa menelan apapun yang ada di mulutnya.

Pandangannya sedikit terhalang benda bening yang menutupi sebagian mulut dan hidungnya.

Dapat dirasakannya udara segar yang dikeluarkan oleh benda bening itu masuk ke dalam paru-parunya.

Ia butuh waktu beberapa menit untuk benar-benar terjaga.

Sehun berusaha mengumpulkan semua memorinya untuk mengingat kembali apa yang telah terjadi.
Namun pikirannya sedikit kacau.
Ia tak sanggup mengingat apa yang terakhir kali Ia lakukan.

Ia berusaha mengedarkan pandangannya  ke berbagai arah yang dapat Ia jangkau.

Akhirnya berusaha untuk menggerakkan kepalanya sedikit demi sedikit.
Ia menoleh ke kanan.
Lalu sedikit ke arah kiri.

Bayangan samar muncul di arah sebelah kirinya.
Sehun berusaha memfokuskan pandangannya pada bayangan tersebut.

Selang beberapa detik,  setelah memprosesnya dalam otak, Sehun dapat mengenali sosok bayangan tersebut.

Sosok itu adalah Chanyeol.

Ia tertidur pada sofa yang terletak di sebelah kiri tempat tidurnya.

Wajah Chanyeol terlihat sangat pulas.

Entah mengapa Sehun tersenyum.
Ia bahkan tak tau mengapa Ia harus tersenyum.
Ini hanya agak aneh.
Apakah Ia sedang bermimpi?

Sehun mengembalikan posisi kepalanya ke posisi semula.
Ia masih mengantuk.
Ia ingin tidur lagi.
Lagipula sepertinya ini masih waktunya tidur.

Sehun tidak menghiraukan lagi rasa kering di tenggorokannnya.

Ia kembali tidur sambil tersenyum.

**

Chanyeol terbangun oleh suara getaran ponsel yang Ia taruh di dalam saku celananya.

Ia mengeluarkan ponselnya, mengecek jam pada layar.

Pukul 6 pagi.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menggeliatkan badannya perlahan.

Anak laki-laki itu bangun, mendudukkan badannya di sofa.
Meraupkan kedua tangan ke wajahnya.
Ia menghela nafas pelan.

Dilihatnya Sehun yang masih tertidur di ranjang di depannya.
Kepalanya sedikit miring ke arahnya.

Chanyeol berdiri.
Ia berjalan menuju ranjang tersebut.
Membetulkan posisi kepala Sehun. Lalu selimutnya.

Ia mengingat kembali kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Kejadian yang cukup membuat remaja berusia sembilan belas tahun tersebut shock.

Seumur hidupnya Ia tidak pernah melihat ataupun merasakan pengalaman yang begitu menegangkan, apalagi hingga mempertaruhkan nyawa.

Tak pernah Ia setegang tadi malam.

Bahkan pada saat Ia hampir terjatuh dari kuda saat berpacu dengan kudanya pada kegiatan klub berkuda tidak sebanding dengan ketegangan perasaannya saat melihat Sehun berusaha mempertaruhkan nyawanya tadi malam.

Invisible : Dying for Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang