Stress

18.7K 428 5
                                        

FANA POV

"AKUTUH GAK BISA DIGINIIN. AKU TERLUKA, AKU TERNODAH. AKU KOTORRR"

Aku berteriak seperti orang Gila.

Sedangkan Angga hanya geleng-geleng kepala dan memijat kepalanya.

"HIDUPKU HANCURRR LEBURR, KAU JAHAT ROMA. JAHATTT"

Ucapku lagi dengan menangis.

"bagus gak Ga? Mayan loh, aku di ajak casting dan buat beli baju buat hari raya"
Ujarku tersenyum bangga sambil mengusap air mata buayaku.

"Stres yang ada! Jijik gw liatnya sumpah! Gak ada casting castingan, malu gw YAALLAHHH"
Angga frustasi dan melempar badannya di sofa sambil mengutuk kepalanya di sofa.

"ih kok jahat, itutadi aku sampai nangis loh menghayatinya"
Ucapku polos.

"Bego lo kapan ilang sih Fan? Isshh gemes pengen gw banting"
Ucap Angga melempar bantal ke arahku

Aku melototo takterima.

"apa? Mau marah? Gak ada pokoknya drama-drama alay kayak tadi"
Ucap Angga yang membuatku menghentakkan kakiku kesal.

"puasa batal kalau gak nurut sama suami"
Ucapnya lagi.
"lagian, kamu jangan matre kenapa sih? Di luar sana banyak orang yang susah cari makan. Sedangkan kamu mudah buat nunjuk barang tanpa beban, liat tuh ke bawah bukan ke atas"
Ucap Angga yang membuatku merenung.

"iya, iya lagian aku malu buat akting gitu. Btw kalau liat bawah mulu kapan majunya? Kan jadi gak ada prinsip"
Tanyaku sambil berjalan ke arah Angga yang tertidur di sofa dengan berbantalkan lengannya.

"kalau mau maju ya maju aja. Tapi inget yang di bawah kamu. Ingin maju memang harus liat di atas kita, tapi jangan lupa di bawah kita lebih banyak dan harusnya kita bersyukur"
Ujar Angga terdengar bijak.

"tsahh. Ustadz Angga berkotbah"
Ucapku yang sudah memijat-mijat kaki Angga.

Aku duduk di karpet.

"kamu mau surga kan?"
Tanyanya sambil tersenyum jenaka.

"maulah pasti"
Ucapku cemberut.

"mangkanya dengerin yang aku omongin"
Ucapnya yang mulai ingin tidur.

"ihhss. Ayo ngabuburit jangan tidur"
Ujarku mencubitnya.

"pijitin dulu kaki gw, ntar biar ngabuburitnya gak pegel"
Ucapnya membuka mata sebentar dan kembali tertidur.

"beneran ya? Awas aja bohong"
Ucapku dengan mengancam.

Aku memijat kedua kakinya dan membuatnya hanya berdehem.

***

"mau ituuu"
Aku menarik Angga ke sana kemari untuk memenuhi hasrat laper mataku.

Angga hanya pasrah dan membayar apapun yang kuminta, heran ya?

Sama! Tapi mumpung dia tak protes aku memilih makanan yang menggiurkan, aku bisa memanfaatkannya.

"itu keliatan segerr ah jadi haus. Mau itu juga. Oh, itu kayaknya enak buat nanti sahur. Kurma, mau juga"
Aku berceloteh girang sambil menarik pinggang Angga menuju penjual.

Hampir semua ku beli, tak terasa aku membawa dua kantung kresek besar. Belum lagi Angga juga memba satu.

Hahaha.

Kapan lagi coba Angga gak perhitungan kayak gini?

"udah belum? Mau maghrib sayang"
Tanyanya lembut.

Aku memikirkan ulang, dan gotchaa besok masih bisa lagi ngabuburit.

Jadi aku memutuskan menyudahinya.

Masa Sekolah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang