Kesialan!?

19.3K 451 15
                                    

Fana pov.

Aku mondar-mandir di depan rumah menunggu Angga yang tak kunjung datang, padahal sudah mau adzan maghrib.

Tak biasanya dia pulang telat selama ini dari kampus.

Apa dia bukber sama teman-temannya? Tapi kok gak ngabarin? Tumben banget.

Aku berkali-kali mencoba menghubungi Angga tapi tak nomornya tak aktif.

Aku memilih masuk kedalam rumah dan menunggu di depan tv.

Aku sudah menyiapkan banyak makanan untuk buka, dan juga sekalian untuk sahur.

Aku duduk tak tenang, entahlah perasaanku sedang tak enak.

"Fan.."
Panggilan dari arah pintu dengan lirih dan ngos-ngosan.

Aku menoleh dan terbelalak, melihat wajah Angga yang kacau dan badannya bergetar.

Aku segera bangkit dan menghampirinya.

"kamu kenapa?"
Tanyaku menahan badannya yang tiba-tiba lemas dan mau jatuh.

Angga setengah sadar dan kakinya bergetar saat akan jalan.

Aku dengan susah payah memampahnya yang hampir hilang kesadaran.

ku dudukkan dan ku baringkan ke kursi.

"aku di rampok, sepeda sama-barang-barangku di bawa. Tadi aku.. Aku jalan dari pasar"

Ucapnya terpatah-patah seperti mau di cabut nyawanya.

Husstt.

Aku segera mengambil hp dan kumintai pihak bank untuk memblokir kartu atm dan melapor ke pihak berwajib.

Aku mengusap dahinya yang berkeringat sangat banyak.

"kok gak hubungi siapa gitu? Lo oon apa gimana sih?"
Tanyaku membuka suara.

Angga melotot dan meringis saat aku menekan kakinya tak sengaja.

"gak hapal nomor siapapun, dan di situ juga sepi. Tadi aku bukan kerampokan di pasar tapi deket pasar. Udah untung gw selamat, kamu gak bersyukur?!"

Ucapnya ketus.

"mending sepeda lo aja yang selamat, harganya lebih mahal dari pada harga lo!"
Ucapku membalasnya.

"aku ini kena musibah loh, kamu kalau ngomong jangan keterlaluan bisa? Kamu tau aku ini suami kamu? Ada saatnya bercanda dan serius. Dan saat ini bukan waktu yang tepat buat bercanda! Udahlah, emang aku gak berharga di mata kamu"

Angga akan bangkit dari berbaring tapi segera ku cegah.

Angga menepis dengan kasar. Dia menatapku dengan dingin.

"maaf, aku kan khawatir. Kamu gak ngabarin aku"

Aku menarik kaosnya untuk menahannya.

Angga berdiri tapi jatuh lagi karena kakinya bergetar dan itu langsung di atas pangkuanku.

Aku langsung menahan tubuhnya agar tidak terjungkal.

"tiduran aja gih, sambil nunggu buka aku urut kakinya"

Angga tak menyahut, mukanya masih tak enak di lihat.

"jangan marah dong imamku"
Aku membujuknya.

Anga menyingkir dari pangkuanku dan tidur di atas sofa.

Keringat masih terus mengalir, nafasnya pun masih ngos-ngosan.

Aku mengambil balsem dan juga kipas Angin.

Kurang baik apalagi gw?

Aku menghidupkan kipas Angin agar Angga merasa segar.

Masa Sekolah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang