PLAK
PLAK
Bass memegang kedua pipinya terasa panas. Sudah dijamin saat ini pipinya yang putih itu memerah.
"BERANINYA KAU BASS SURADET! SELAMA INI AKU PERCAYA DENGAN KEAHLIANMU DALAM MENEMBAK! TAPI APA INI? SEJAK KEMARIN KAU MEMBUAT KESALAHAN, DAN HARI INI KESALAHAN YANG SANGAT FATAL! KENAPA KAU LAKUKAN INI BASS! JAWAB SAYA!"
"Inspektur Ake jangan terlalu menekan Bass, ini semua salah---"
"Diam kau Tae! Ini bukan urusanmu, aku ingin menghukum anak ini! Semakin dipuji semakin dia besar kepala!"
Inspektur itu melihat Bass dari atas ke bawah secara nyalang. Bass menundukkan kepalanya, dia sadar akan kesalahannya. Ia siap akan hukuman yang diberikannya nanti.
"Sebagai hukumanmu, kau dalam masa percobaan. Kau dilarang memiliki pistol"
"Tap-"
"Jangan coba-coba untuk membantah! Jika kau masih betah untuk menjadi detektif, turuti apa yang saya katakan!"
Bass mengangguk pasrah dengan keadaannya. Semua temannya merasa iba dengan keadaannya. Tidak ada yang berani melawan Inspektur yang notabennya memiliki posisi tertinggi itu, jika masih ingin menjadi detektif mereka harus menuruti apa katanya. Inspektur Ake melangkah pergi meninggalkan ruangan itu. Mereka langsung menghampiri Bass dan memberi pelukan agar dia tegar.
"Tidak masalah Bass, kau masih bisa melakukan tanpa pistol, maafkan aku yang saat itu tak ada untuk membantumu dan Tae"
Bass mengangguk, dia tak sanggup lagi mengatakan apapun. Dia diizinkan untuk pulang lebih awal. Bass menghempaskan badannya pada ranjang kamarnya. Bass menutup matanya, dan mengingat akan kata-kata Tuan Thanit.
"K..kau. pp..pri. a.. he...bat. kka..a. u.... S.. e.. per..ti..sa.. h.. a. bat.. ku.. bb.. an.. tu..ak.. u.. M..me..mene..mukan..pem..bu..nuh..is..tr..iku..ada..du..dua..or..rang..yang.. Me..nja.ja..di..sak..si.."
"Pembunuh istrinya? Dua orang saksi?" gumam Bass
Bass mengambil ketiga kalung dari sakunya. Dia menatap lekat kalung-kalung itu. Tak lama diapun terlelap dalam tidurnya.
.
.
.
Dua orang pria tengah berjalan cepat di bandara Terbesar di Thailand, Suvarnabhumi. Kedua pria itu terburu-buru menuju mobil yang sudah menunggu mereka. Mobil itu menuju ke sebuah pemakaman, semua orang sudah menunggu kehadiran mereka. Saat mereka turun dan menuju ke sebuah peti semua bodyguard menunduk patuh. Pria tinggi itu menghampiri peti yang terdapat sang ayah tengah berbaring di dalamnya.
"Pao.." Pria itu meneteskan air matanya, dia menatap lekat sang ayah yang kini menutup matanya damai. Seperti tidur yang sangat nyenyak, tidak ada niat sedikitpun untuk membuka matanya lagi. Sahabatnya hanya menepuk pelan pundak sang pria agar ia tetap tegar.
"Kau bahkan berjanji akan kembali menemuiku, tapi kau malah pergi dengan keadaan seperti ini. Kenapa pao? Kenapa kau diam? Apa kau marah padaku? Kenapa sikapmu sama seperti Mae? Apa salahku pada kalian? Kenapa kalian melakukan hal ini padaku? Pao.. God hanya ingin menjadi God yang kecil, setidaknya God bisa bersama dengan kalian. God tidak suka sendiri Pao.. Kenapa kau tidak mengajakku untuk bertemu Mae? Aku sangat merindukannya. Aku ingin tidur dipangkuannya. Aku ingin kau mengajakku bermain mobil-mobilan seperti saat aku masih kecil. Aku ingin kalian disini. Jawab aku Pao, kenapa kau diam saja!" Pria bernama God itu sudah menangis tersedu-sedu. Semua yang melihatnyapun merasa sangat sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GodBas] My Detective ✔
ActionBerawal dari balas dendam menjunjung tinggi kata kata pepatah yang mengatakan 'Nyawa dibayar dengan Nyawa' siapa sangka dalam misi balas dendam itu, harus hadir yang namanya cinta. Berhentilah sebelum terlambat Kehilangan seseorang yang kau cintai...