"Jadi, kamu meninggal karena terbunuh oleh bullyan kakak kelas kamu?" Shiro berbicara sendiri. Dalam pandangan orang lain dia memang berbicara sendiri. Tapi nyatanya, dia sedang berbicara pada sesosok roh disebelahnya.
Mata Shiro memang unik. Selain warnanya yang selang-seling, matanya juga bisa melihat yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa. Makanya, bagi yang tak tahu, mereka merasa kalau Shiro sudah gila.
"Aku turut berduka ya." Ucap Shiro berbela sungkawa.
"Ah? Makasih, aku bisa jaga diri kok." Nampaknya, roh tersebut mengkhawatirkan Shiro. Mungkin menurutnya, Shiro mirip dengannya.
"Ih liat tuh, bocah aneh itu ngomong sendiri. Dasar mata ular."
"Cewek aneh. "
"Gapantes lo hidup tau gak."
Shiro mendengar ejekan itu, namun dia berusaha untuk tidak peduli. Kemudian, ia berdiri karena hendak pergi ke kelas.
"Aku pergi dulu ya, soalnya jam istirahat mau habis." Pamit Shiro pada roh tersebut sebelum pergi.
Shiro berjalan di koridor dan ingin ke kelas, tiba-tiba dirinya di sergap oleh sekelompok cewek yang sepertinya dia kenal. Itu Vira dan teman-temannya. Shiro terkejut saat ia dibawa ke halaman belakang sekolah lalu ia di dorong dengan kuat sehingga tubuh mungilnya menabrak tembok.
"Heh! lo sadar gak sih? Mata aja flip flop apalagi otak!" Bentak Vira kasar pada Shiro. Shiro hanya bisa diam sembari menahan rasa sakit pada tubuhnya yang mulai mememar.
"Apa salah gue?" Tanya Shiro.
"Udah gue peringatin kan?! Jangan terlalu deket sama Ryuu! Walaupun lo adiknya, gue tetep gak suka!"
"Memangnya kenapa? Lo kan bukan siapa-siapa Ryuu. Ryuu juga gak suka sama lo." Jawab Shiro membela diri. Hal itu membuat Vira geram.
"Siapa peduli?" Ucap Vira meremehkan dan lansung menampar Shiro.
Shiro hanya bisa diam menahan pukulan Vira yang diikuti teman-temannya. Rasanya ingin menangis, tapi tak bisa. Shiro pasrah menerima perlakuan Vira. Ia juga tidak mau mengatakan ini pada Ryuu. Dia takut akan menyusahkan Ryuu.
Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi. Bel itu berbunyi 3 kali menandakan waktu pulang. Mereka pergi meninggalkan Shiro dalam keadaan berantakan dan penuh memar.
"Ma...salahkan mataku begini?" Shiro hanya bisa merintih kesakitan lalu ia mulai menangis dibawah guyuran hujan pada sore itu.
Shiro berjalan sempoyongan menuju kelas . Memar-memar pada tubuh mungilnya membuat dirinya serasa tak kuat berjalan. Shiro segera mengambil tasnya dan memakai jaketnya agar Ryuu tidak menyadari memar pada tubuhnya. Namun, matanya yang sembab tak dapat menyembunyikannya. Dia berjalan kembali menuju kelas Ryuu. Shiro yang mendapati Ryuu baru keluar dari kelasnya segera memakai jaketnya dan menutup kepalanya.
"Shiro? Lo kenapa?" Tanya Ryu khawatir.
"Gue gapapa kok Ryuu,cuman kedinginan doang." Ucap Shiro berbohong. Segera, dia melepas jaketnya dan memakaikannya pada Shiro untuk menambah kehangatan pada tubuh Shiro.
Ryuu kemudian menggosok-gosok kedua telapak tangannya dan menempelkannya pada wajah Shiro.
"Udah angetan?" Tanya Ryuu.
"Iya! Udah kok!" Ucap Shiro senang.
Ryuu tau kalau adiknya berbohong. Terlihat dari matanya yang sembab.Ryuu mati-matian menahan amarah karena dia melihat sekilas ada luka lebam di wajah Shiro. Ingin ia bertanya, namun ia tidak mau memaksa adiknya bercerita. Ia akan tunggu sampai Shiro yang menceritakannya sendiri.
"Yaudah, kita pulang yuk." Ajak Ryuu. Diangguki oleh Shiro.
Mereka berjalan menuju rumah. Keheningan diantara mereka terjadi cukup lam sampai akhirnya Ryuu membuka suara.
"Shiro, lo lagi gak berbohong kan?"
Shiro terlonjak kaget mendengar ucapan Ryuu.
"Berbohong apanya Ryuu?" Ucapnya sambil berusaha tenang.
"Gue pernah janji kan, kalau ada yang berani melukai lo, gue gak bakal diem aja." Ucap Ryuu. Shiro menunduk.
"Shiro? Kenapa diem?"
"Ah, iya Ryuu." Shiro kemudian melamun.
Mereka berdua kembali diam. Shiro masih memikirkan betapa bersalahnya dia karena membohongi Ryuu.
Sesampainya di rumah, Shiro segera mandi dan membersihkan luka-lukanya serta mengompres memar pada tubuhnya. Perlahan, Shiro menangis menatap dirinya di kaca.Shiro tau, ia memang tak pantas menjadi adik Ryuu. Dia merasa kalau ia adalah kebalikan dari Ryuu dan selalu menyusahkannya.
Namun, ketika kamu telah menyayangi seseorang, apa kamu bisa meninggalkannya dan merelakannya pada orang lain? Shiro sangat menyayangi Ryuu. Namun bukan sebagai sepasang kekasih, melainkan sebagai kakak yang melindunginnya.Baginya, Ryuu adalah pahlawannya.Shiro pun berusaha terlelap, tanpa disadari Ryu masuk dan melihat kondisi adiknya.
"Shiro, maafin gue karena gak bisa ngejaga lo. Gue merasa bodoh karena gak bisa ngelindungin lo. " Ucapnya sembari mengelus rambut Shiro lembut. Matanya menatap luka yang ada ditubuh Shiro.
"Dan gue bakal membuat perhitungan sama orang yang berani ngebuat lo kayak gini! Siapapun itu! " Ucap Ryuu seraya mengeraskan rahangnya.
Shiro diam mendengarkan ucapan kakaknya itu. Antara sedih dan senang, dia bingung harus apa.
Ryuu keluar dari kamar Shiro. Tak lupa, ia mengecup kening Shiro sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu kamar Shiro. Shiro yang sedari tadi memang terbangun mulai terisak pelan.
"Makasih Ryuu. Gue sayang sama lo..hiks..hiks...maaf gue gak bisa perfect kayak lo..hiks..hiks.." Isakan halus Shiro menggema di kamarnya.
Shiro pun menangis hingga ia terlelap karena terlalu banyak menangis.
"Makasih kak..." ucap Shiro di sela tidurnya.
***TBC***
Pendek? Maaf :v
Special thanks buat Naru yang bikin skemanya.
DI VOTE!

KAMU SEDANG MEMBACA
BFF Story [COMPLETED]
Teen FictionPunya masalah yang sama. Tapi kedelapan sahabat ini saling melengkapi satu sama lain! Ikuti kisahnya. Rank : #5 - Love Scenario. [8-7-2018] Tidak punya waktu untuk revisi, jadi nikmati saja.