Aku Disini

99 9 1
                                    


Ryu melangkah kan kakinya mencari sosok wanita yang ia cari. Ternyata gadis itu sedang duduk di pojokan kelas dan melamun seperti kesambar petir siang bolong. Ryu menghampirinya dan menepuk pundak gadis itu.

"Nar, lo kenapa? Sakit?" Tanya Ryu sedikit khawatir.

"Gpp," singkat Naru.

Ryu menatap Naru sendu lalu menghela nafas lega. Ia menarik tangan Naru keluar dari kelas dan yang ditarik hanya pasrah karena ia memang tidak mood berbicara. Ternyata Ryu membawanya ke belakang gedung sekolah dan mereka duduk di sana sambil menikmati udara sore yang menerpa rambut mereka.

"Naru," panggil Ryu.

"Apa Ryu?" tanya Naru tersenyum yang lebih tepatnya dipaksa kan.

"Gue mau jujur," gumam Ryu.

"Jujur apa?" tanya Naru terkekeh.

"Sebe-" ucapan Ryu terpotong ketika ia melihat air mata Naru jatuh saat melihat Yuuga tertawa dengan Stella. Ryu lansung menutup mata Naru dari belakang dan berbisik.

"Jangan diliat kalau cuman buat lo sakit," bisik Ryu lembut. Naru menangis hebat di balik telapak tangan Ryu dan ia lansung berbalik lalu memeluk Ryu erat. Ryu tak kuasa melihat gadis yang ia sayangi menangis seperti ini. Ternyata sulit mengganti posisi cinta pertama seseorang dan Ryu mengelus kepala Naru hingga ia tenang. Yuuga melihat mereka diikuti Stella, Yuuga dan Stella mengacungkan jempol ke Ryu tapi mereka mendapati tatapan Ryu yang nanar menatap mereka.

Yuuga yang paham, akhirnya membawa Stella pergi meninggalkan Ryu dan Naru . Saat ia rasa Naru sudah tenang ia merenggangkan pelukan mereka dan menghapus jejak -jejak airmata dari peluput mata Naru dan ia tersenyum. Jarang bagi Ryu tersenyum selain pada adiknya.

Naru terpana melihat senyum Ryu yang jarang ia lihat dan ntah kenapa jantung Naru berdegup cepat. Bukan hanya Naru, sama halnya dengan Ryu yang wajahnya sedikit merona saat ditatap Naru. Mereka saling tatap-tatapan tak ada satu pun dari mereka yang ingin berpaling. Hingga suara bel tanda pulang berdering dan membuyarkan lamunan mereka. Wajah mereka sama-sama memerah dan mereka terkekeh bersama. Senja itu, mereka menghabiskan waktu sembari ditemani canda dan tawa. Mungkin, akan ada kesempatan dimana status sahabat akan berubah.

Naru dan Ryu pulang bersama. Namun, sebelum pulang Naru mengajak Ryu ke bukit untuk melihat bintang jatuh malam ini. Sesampainya di bukit, Naru duduk di kursi di bawah pohon tanpa daun. Ryu juga duduk di sampingnya, mereka menunggu sampai bintang jatuh dan di sana hanya mereka berdua. Ryu mengenggam tangan Naru, reflek Naru menoleh pada Ryu dengan bingung. Ryu menarik nafas dalam-dalam lalu menghebuskannya pelan.

"Lo gak boleh potong omongan gue selama gue bicara dan ntar lo milih jawaban dari pilihan yang gue kasih cuman jawab dari pilihan gue selain itu gak boleh,ok?" tanya Ryu tegas.

Naru mengangguk lalu Ryu mulai menaruh kepala Naru di dadanya, Naru hendak protes tapi ia mengingat kata Ryu. Naru mendengar detak jantung Ryu yang berdegup cepat sama halnya dengan Naru.

"Gue sayang lo, gue tau kalau gue belum bisa mengganti posisi Yugga di hati lo karna Yuuga cinta pertama lo kan? dan cinta pertama itu sulit tergantikan posisinya tapi kalau mencintai Yuuga hanya buat lo sakit. Maaf, gue gak bisa biarin itu dan maaf karna gue bakal buat lu jatuh cinta sama gue dari sekarang," sahut Ryu dengan wajahnya yang memerah.

Naru melongo mendengar ungkapan itu dan wajahnya juga sangat memerah.

"Mungkin, emang benar lo gak bisa gantiin posisi Yuuga di hati gue. Yuuga emang cinta pertama gue tapi itu masa lalu. Meski gitu, lo tetap gak bisa gantiin posisi dia. Karena dia punya posisi tersendiri di sudut hati gue yang terdalam tapi lo? lo berhasil mengisi semua kekosongan di hati gue dan lo menang. Lo berhasil buat gue jatuh cinta ama lo," sahut Naru dengan peluput matanya yang mulai berkaca kaca.

BFF Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang