The Past : Steven Von Grade

99 14 0
                                    

Dari kecil, aku memang selalu dijauhi. Setiap berbicara dengan teman, mereka langsung pergi begitu saja.

Dari TK hingga SMP, aku selalu sendiri. Padahal setiap kenaikan, aku selalu berusaha mencari teman. Sampai akhirnya, aku bertemu Nier.

Aku yang kurang tau tentang pertemanan perlahan-lahan tertipu oleh sikap Nier. Ini kisahku.

---

"Fuahh! Hari pertama di SMP! Gue harus dapet temen nih! " Ucap Steven bersemangat. Dia pun berjalan-jalan disekolah barunya.

"Sekolahnya bagus! Fasilitasnya lengkap! Keren banget deh! " Steven terkagum-kagum melihat sekolah barunya.

Dia berpapasan dengan seseorang yang terdengar seperti sedang menggosipnya.

"Bukannya itu Steven ya? Si cowok aneh dan sok lugu itu? Eh, lo jangan deket sama dia deh. Bisa-bisa alergi tau gak. "

Itu cowok mulutnya belum pernah dicocol cabe apa ya -Batin Steven kesal.

"Kenapa? Dia keliatannya baik kok. "

"Pokoknya gausah dideketin! Percaya sama gue! Dia itu aneh. " Mereka berdua pun pergi menjauh dari Steven.

Steven menghela nafas panjang. Dia khawatir tidak mendapat teman lagi.

Hanya butuh waktu beberapa jam, gosip tentang Steven menjadi top gosip terhangat di sekolah. Banyak orang yang memfitnahnya. Karena ilfeel, tidak ada yang mau berteman dengan Steven.

Pulang sekolah. Banyak yang berbondong-bondong berlarian menuju pagar sekolah. Tapi tidak dengan Steven. Dia masih dikelas. Menatap keluar jendela.

"Mungkin, memang takdir gue gak punya temen. " Gumam Steven.

Nier masuk kekelas, hendak mengambil tasnya. Dia menyeringai ketika melihat Steven.

"Heh! Lo gak pulang? " Ucapan Nier mengejutkan Steven.

"Ah! Gu-gue bentar lagi kok! Hehe. " Steven memberikan senyum terbaiknya.

Dih, senyuman apa itu- Batin Nier merasa jijik.

"Mau pulang bareng gue gak? " Ajak Nier. Steven pun menoleh kearah Nier. Ia tak percaya ada yang mau mengajaknya pulang.

"Baiklah! " Steven sangat bersemangat. Dia menggendong tasnya lalu berjalan pulang bersama Nier.

Karena rumah mereka searah, mereka keseringan berangkat dan pulang bareng. Nier yang pernah bermain kerumah Steven merasa terkagum-kagum dengan kekayaan Steven. Nier pun menyeringai, ada sesuatu diotaknya.

"Steven. " Ucap Nier setelah duduk dikursi cafe.

"Gue boleh minta tolong gak? " Tanya Nier tanpa ragu.

"Apa tuh? "

"Gue lagi butuhhh banget dana. Orang tua gue lagi bangkrut. Jadi yah.. "

Steven pun menyerahkan uang sebanyak satu juta rupiah pada Nier. Hal itu membuat Nier senang.

"E-eh! Tapi ini kebanyakan loh! " Ucap Nier.

BFF Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang