"Pengumuman untuk semua calon Osis harap berkumpul di lapangan, terima kasih."
Semua murid berhenti dari aktivitasnya masing-masing saat mendengar suara ketua Osis mereka yang memanggil untuk segera berkumpul di lapangan. Dengan cepat, mereka semua berlari ke arah lapangan sekolah.
"Eh, Rin cepetan atuh!" teriak Cika yang sudah sedari tadi menarik lengan Lerin sambil mengajaknya berlari.
"Apaan sih mau cepet-cepet amat, lagian ini cuman pengumuman doang kan bukan pembagian sembako?" tanya sahabatnya yang bernama Park Lerin. Mereka bersahabat sejak kecil, jika bersama tidak pernah akur dan ada saja hal aneh sekaligus tak penting yang mereka ributkan.
Lerin menghela napas kasar sambil menahan diri untuk tidak menampar wajah Cika di saat gadis itu terus mengoceh tanpa henti di sampingnya. Ia lebih memilih menghiraukan ocehan Cika dengan bermain ponsel.
Di saat Lerin ingin mengajak Cika bicara, tiba-tiba gadis itu sudah tidak ada di sampingnya, entah dia pergi ke mana Lerin tidak peduli dan memilih pergi ke lapangan sendirian.
Saat sudah sampai di lapangan suasana sangat ramai bahkan seperti di konser, Lerin bingung ingin baris di mana sebab tidak ada lagi ruang untuknya.
"Misi..."
"Air panas... Air panas..."
Brughk!
Terdengar suara orang jatuh karena terdorong olehnya.
"Jangan dorong-dorong, woi!" teriak murid yang terdorong oleh Lerin.
Sepertinya itu yang didengar oleh Lerin saat dirinya menyelinap masuk ke barisan orang.
"Cika mana sih gak keliatan batang hidungnya, kenapa coba tuh orang punya hidung yang pesek mendelep kek gitu." Ucap Lerin yang berada di tengah-tengah keramaian.
Dan akhirnya Lerin pasrah membiarkan dirinya berdiri di tengah kerumuan murid-murid lain. Ia merasakan hawa panas sekaligus pengap di posisinya, ditambah lagi wangi tidak sedap di sekitarnya. Lerin berani sumpah jika mereka semua tak memakai deodoran saat ke sekolah.
"Eh, itu siapa yang ada di tengah? Kalau gak ada barisan cari sana jangan di situ. Mentang-mentang punya badan kecil."
Lerin reflek menatap ke arah depan, ia sedikit malu karena orang yang dimaksud ketua Osis tadi adalah dirinya yang sedang berdiri di tengah seperti orang bego. Ia merasa kesal juga karena ketua Osis itu berbicara seenak jidat.
Malunya bertambah menjadi dua kali lipat saat para murid lainnya ikut menatapnya.
"Cika, lo di mana kampret!" batin Lerin.
"Rin, sini, sini! Lo ngapain di tengah situ, hah?" panggil Cika dari barisan depan.
Lerin langsung menoleh ke arah Cika yang berada di barisan paling depan. Dengan cepat, ia berlari menghampiri daripada harus dekat oleh murid-murid di sini.
"Eh, lo ke mana aja? Gue cariin tau!" ketus Lerin lalu mencubit pipi Cika dengan gemas hingga membuat sahabatnya itu meringis kesakitan.
"Gue dari tadi di sini aja, lo tuh yang ke mana aja." Balas Cika tanpa rasa bersalah.
"Kenapa bisa baris di paling depan?" tanya Lerin lagi.
"Gue kan mau liat kakak Osis yang ganteng kayak oppa Korea, hehe..."
Ingin rasanya Lerin menampar wajah sahabatnya itu dengan halus, alasan Cika memilih baris di depan ternyata hanya untuk melihat Osis yang katanya tampan melebihi Justin Bieber.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua OSIS Dingin [SUDAH TERBIT]
FanfictionSUDAH DITERBITKAN oleh penerbit Guepedia. (Open PO) Seiring berjalannya waktu, Jungkook yang dingin dan pendiam menjadi semakin berbeda ketika salah satu Bendahara OSIS-nya itu selalu membuatnya geram. Namun siapa sangka, dibalik segala pertengkara...