Tubuh Lein mendadak membeku setelah Jungkook memberikan hasil jepretan dirinya dan Rey di dalam kelas, detak jantung berhenti berdetak dan tubuhnya terasa panas dingin, lalu ia melirik ke wajah Jungkook yang sudah seperti singai marah.
"Rey? Apa ini?" batin Lerin sambil terus menggigit bibir bawahnya.
"Ini siapa, Rin?" tanya Jungkook lagi, kali ini dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Lerin membuang napasnya perlahan dan mulai menjawab. "Di--dia teman gue yang anak baru itu di kelas." Jawab Lerin sambil berusaha menahan tubuhnya yang sedari bergetar tak karuan, tangannya pun sudah berkeringat dingin, ia takut Jungkook salah paham.
Jungkook berdecak pelan sambil tertawa kecil, kemudian menurunkan ponselnya dari hadapan Lerin. "Teman? Sedekat ini? Mana mesra banget." Kata Jungkook sambil menoleh ke arah luar jendela dengan raut wajah marah.
Lerin mengembungkan mulutnya, ia sudah menduga Jungkook akan marah padanya hanya karena Rey menggenggam tangannya tanpa disengaja. Ia juga ikut kesal dan ingin tahu siapa yang mempotretnya secara diam-diam, apalagi ini di posis yang pas saat Rey menggenggam tangannya.
Lerin tidak tahu harus berkata apa lagi, Jungkook itu keras kepala sama seperti Cika. Sudah jelas-jelas itu hanyalah kesalahpahaman namun malah dianggap serius. Karena tidak tahu harus apalagi, Lerin memutuskan untuk pulang.
"Gue pulang ya, Jung." Ucap Lerin sambil mulai membuka pintu. Akan tetapi, ketika hendak dibuka malah tidak bisa, dan Lerin langsung melihat ke sisi dan ternyata dikunci oleh Jungkook.
Lerin menoleh ke arah Jungkook. "Kok dikunci? Gue mau pulang, Jung. Kan gue udah bilang mau pulang bareng bang Jimin."Ucap Lerin dengan nada yang sedikit membentak karena sedari tadi Jungkook membuatnya kesal.
Jungkook masih menatap keluar jendela, laki-laki itu seperti terlihat marah pada Lerin walaupun Lerin sudah menjelaskan semuanya. Padahal di sisi lain, Lerin tidak salah karena ia hanya korban di foto itu.
"Kok lo jadi ngekang gue sih, Jung? Mau lo apa sih? Dia Rey, teman gue, teman gue waktu di Thailand, emang salah gitu? Kenapa sih lo gak pernah ngertiin apa yang gue mau? Gue capek, Jung! Selalu gue yang ngalah, seakan gue yang salah. Hikkssss...,"
Air mata Lerin sudah tumpah ruah tak kendali, ia menangis sejadi-jadinya di depan Jungkook, walaupun laki-laki itu pernah berkata kepadanya jika tidak suka dirinya yang lemah karena menangis. Tapi mau selemah apa pun ia akan tetap menangis dan lupa dengan kata-kata Jungkook itu.
Tangan Jungkook bergerak membuka pengunci pintu itu. "Lo boleh keluar."Katanya dengan nada dingin dan masih di posisi yang sama.
"Kenapa lo selalu bikin gue nyaman dan pada akhirnya lo malah kaya gini? Gue tau gue cewek lemah, gampang nangis, baperan, dan gak tahu kenapa gue bisa sayang sama cowok kaya lo."
Lerin mengusap air matanya, kemudian segera melangkah keluar dari mobil Jungkook dan berlari ke mobil Jimin. Jungkook hanya memandangi kepergian Lerin dari balik jendela mobil, ia masih berusaha mencerna semua perkataan Lerin yang terdengar tidak masuk akal di telinganya.
Jungkook sudah memberikan apa yang Lerin mau, atau Lerin yang malah tidak tahu berterima kasih?
---
Semua hanya membutuhkan waktu untuk melihat kesalahannya masing-masing dari hati. Setiap hubungan pasti bakal ada yang namanya kesalahpahaman, dan untuk memperbaikinya ialah dengan saling jujur satu sama lain. Karena kejujuran akan membawa hubungan ke yang lebih panjang lagi.
Mereka berdua tidak salah, hanya saja Lerin sedikit kesal karena Rey yang menggenggam tangannya dan dipotret oleh seseorang yang tidak diketahui.
"Lagian si Rey ada-ada aja pegang tangan gue segala! Anjeng banget emang geh tuh cowok! Minta di matiin kali!" ketus Lerin kesal sambil membuang bantalnya ke lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua OSIS Dingin [SUDAH TERBIT]
FanficSUDAH DITERBITKAN oleh penerbit Guepedia. (Open PO) Seiring berjalannya waktu, Jungkook yang dingin dan pendiam menjadi semakin berbeda ketika salah satu Bendahara OSIS-nya itu selalu membuatnya geram. Namun siapa sangka, dibalik segala pertengkara...