Chapter 17

19.3K 1.2K 78
                                    

Malam ini Lerin tidur lebih awal dari biasanya karena besok ada acara pentas seni di sekolah. Beginilah jika menjadi anggota Osis, harus mempersiapkan segalanya lebih awal sebelum acara dimulai. Hari ini juga menjadi hari keberuntungannya, ia bersyukur bisa diterima masuk Osis kembali, entah setan apa yang sudah merasuki Jungkook di sekolah tadi.

Lerin belum bisa tidur malam ini, padahal janjinya, Osis harus datang jam enam pagi dan jika lebih sedikit saja akan dikenakan denda. Lerin masih terus diam sambil menatap ke atas atap kamar, memikirkan perasaan-perasaan aneh yang mengelilingi otaknya.

"Masa kak Taehyung suka sama gue, enggak mungkin," ucapnya pada diri sendiri yang masih menatap ke atas langit-langit kamar yang gelap dan redup karena separuh lampu dimatikan.

Sebenarnya, ia juga tak mau berpikir terlalu jauh apalagi sampai memikirkan jika Taehyung menaruh perasaan padanya, dirinya takut nanti akan sakit jika terus berharap lebih. Tetapi, ia juga tak ada perasaan apa pun pada Taehyung, dan hanya sekedar menebak karena akhir-akhir ini sikap Taehyung sedikit manis jika sedang bersama.

"Udah lah, lebih baik gue tidur, kalau telat bisa dimarahi kak Jungkook." Lalu tangannya bergerak mengambil selimut di atas meja dan bersiap untuk tidur.

***

Dan pagi ini juga, Jimin membangunkan Lerin dengan mengedor-ngedor pintu kamar adeknya itu dengan kencang, karena ia juga tak mau telat hari ini. Bisa-bisa didenda lebih besar karena Jimin adalah kakak kelas Osis.

Jam masih menunjukkan pukul lima, biasanya dua orang kakak beradik itu masih dalam keadaan tertidur, tapi mengingat hari ini ada pentas seni dadakan di sekolah, membuat keduanya harus datang lebih awal untuk mempersiapkan segalanya.

Memang sungguh aneh, seharusnya jika ada acara di sekolah harus diberitahukan lebih awal atau tiga hari sebelum acaranya. Tapi ini malah besoknya, yang membuat para anggota Osis harus mati-matian membuat susunan panggung sekaligus acara. Mungkin begitu tugas mereka, tapi jika dikerjakan bersama-sama akan lebih cepat dan mudah.

"Bang Jimin cepatlah! Lama kali kau," teriak Lerin dari ruang tamu karena terlalu kesal menunggu Jimin yang masih belum keluar juga dari kamar mandi.

Entah laki-laki itu sedang apa, tapi Jimin bilang, perutnya sakit sehabis makan roti panggang. Dia salah mengoleskan, seharusnya diolesi selai tapi Jimin malah mengolesi sambal yang menjadikan orang itu harus keluar masuk kamar mandi, sungguh kasihan.

Akhirnya yang ditunggu datang juga, Jimin berjalan ke arah Lerin sambil membenarkan celananya yang belum rapih.

"Cepat, lama lo nanti telat gue dimarahi Jungkook," ucap Jimin sambil mengambil tasnya di sofa lalu pergi begitu saja.

Kekesalan Lerin bertambah dua kali lipat. Dari tadi, ia yang menunggu Jimin sampai menahan amarah, tapi malah dirinya juga yang dikatakan lama. Tanpa berpikir panjang lagi, Lerin bangun dari duduknya dan segera pergi karena sudah telat juga.

"Kalau bukan abang, gue tendang lo sampai sungai ke Amazon supaya dimakan buaya darat." Ketus Lerin kesal sambil mengepalkan tangannya ingin menonjok Jimin.

Tapi itu tak jadi, karena hanya Jimin yang berada di rumah, takutnya nanti ia akan diusir.

Jimin mengendarai mobil dengan kecepatan penuh bagaikan pembalap yang sesungguhnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam, dan tigapuluh menit lagi akan dimulai, apalagi jarak dari rumah ke sekolahnya itu cukup jauh.

Saat sedang mengendari dengan kecepatan penuh, tiba-tiba Jimin berhenti mendadak sampai membuat Lerin terpentok kursi depan, kepalanya sakit dan dahinya benjol seperti bola golf.

Ketua OSIS Dingin [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang