Lerin masih terbawa pikiran tentang chat Jungkook yang mengirim emoticon love padanya. Walaupun sudah dihapus oleh laki-laki itu, namun ia masih bisa melihat dan sempat kaget bahkan sampai tersenyum sendiri. Bukan karena ada hal lain atau ada perasaan yang tumbuh dalam dirinya, tetapi menurutnya Jungkook itu lucu. Padahal letak emoticon love dan emoticon jempol itu sangat jauh, mustahil jika Jungkook itu salah kirim.
Tapi entahlah, Lerin tak mau berpikir jauh. Sekarang yang ia tengah pikirkan adalah bagaimana menagih uang kas yang sudah lama teman-temannya itu menunggak, dirinya juga sudah berjanji untuk memberikannya pada Jungkook di sekolah.
Setelah sampai di kelas, Lerin segera meminta uang kas pada teman-teman Osisnya agar tanggung jawabnya ini tidak di nilai jelek oleh Jungkook beserta yang lain.
"Cika! Bayar uang kas Osis!" teriak Lerin pada Cika yang tengah bermain game di ponselnya.
Cika menghiraukan perkataan Lerin, ia masih sibuk ke aktivitasnya.
Praakk!
"Cika!" Lerin memukul keras meja Cika sampai akhirnya gadis itu menoleh.
"Apaan, sih? Ganggu orang aja lo, sat!" pekik Cika kesal.
"Bayar uang kas Osis, nyet! Cepat! Nanti gue dimarahi sama kak Jungkook,"
Cika menghela napas kasar lalu menaruh ponselnya di atas meja, kemudian tangan kanannya bergerak beralih ke saku baju untuk mengambil sesuatu yang sepertinya adalah Uang.
"Berapa sih berapa?" tanya Cika dengan ekspresi sombong seakan mempunyai banyak lembaran uang di dalam dompetnya.
"20 ribu." Jawab Lerin.
Cika membulatkan matanya."Hah?! Banyak banget woi,"
"Gue bener, nih lihat sama lo," Lerin memperlihatkan buku agenda uang kasnya ke wajah Cika. "Bukalah mata hatimu, wahai anak lonte."
"Dih, gak mungkin ini. Gue gak ada uang segitu mah nanti aja ya, Rin..." mohon Cika tersenyum manis sambil memperlihatkan wajah imutnya pada Lerin agar temannya itu mau memakluminya.
Lerin menghela napas kasar mendengar alasan Cika, ia tak mau ambil pusing dan memilih lanjut kembali menagih uang kas pada teman Osisnya yang lain.
"Jina cantik... Bayar uang kas," pinta Lerin setelah sampai di tempat duduk Jina.
"Gak ada uang, Rin." Jawab Jina santai, padahal waktu bel istirahat saja belum.
Lerin berdecak kesal, lalu menoleh ke arah Jessie. "Jes--"
"Nanti aja." Jessie sama halnya dengan Jina, santai dan tidak merasa punya hutang sama sekali. Padahal, kedua temannya itu menunggak sangat banyak dan tak mungkin juga dirinya yang harus bayar terlebih dulu.
"Padahal kalian nunggaknya banyak, loh... Apa gak mau bayar dulu? Separuh bisa, kan?" tanya Lerin pada kedua temannya itu yang sedang asik bermain ponsel.
Jina dan Jessie menoleh ke arah Lerin bersamaan. "Gue berapa emang, Rin?" tanya Jina.
Lerin memberikan buku bendaharanya pada mereka dan membiarkan mereka yang melihatnya sendiri. Setelah selesai melihat, mereka berdua mengambil uang dalam tas dan akhirnya bayar uang kas juga, kemudian Lerin berjalan ke arah meja yang lain.
"Yura--"
"Nanti aja."
"Ara, bay--"
"Gue besok aja, Rin."
Lerin benar-benar frustasi dengan jawaban teman-temannya saat dimintai untuk bayar. Ini bukan hanya tentang tanggung jawabnya sebagai bendahara yang wajib menagih uang kas setiap satu Minggu sekali, tetapi dirinya sudah berjanji kepada Jungkook untuk menagih dan memberikannya jika sudah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua OSIS Dingin [SUDAH TERBIT]
FanficSUDAH DITERBITKAN oleh penerbit Guepedia. (Open PO) Seiring berjalannya waktu, Jungkook yang dingin dan pendiam menjadi semakin berbeda ketika salah satu Bendahara OSIS-nya itu selalu membuatnya geram. Namun siapa sangka, dibalik segala pertengkara...