Sudah tujuh hari berlalu pasca kepergian Hyena dan orang yang benar-benar Lerin cintai, seseorang yang Lerin sayangi, seseorang yang sudah hadir menemaninya selama tujuh bulan.
Lerin sempat tertekan, terpukul, dan depresi. Lerin juga bahkan bulak-balik ke rumah sakit karena deman yang terus meninggi. Jimin sampai setres karena semua ini. Bagaimana tidak? Kehilangan seseorang yang ia amat cintai untuk selamanya merupakan kejadian terburuk dalam hidupnya, padahal dia sendiri tidak punya firasat buruk apa pun tentang Rey.
Orangtua Lerin sudah tahu tentang kejadian anaknya, mereka hanya bisa menangis dan berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada Lerin. Orangtua mereka belum bisa pulang ke Korea kaena bisnisnya sangat ketat di Thailand.
Rey sudah tenang di Thailand, kedua orang tuanya Rey sempet tidak terima dan menyalahkan Lerin. Tetapi dengan dewasanya Jimin, dia bisa bicara baik-baik dengan keluarga Rey tanpa adanya perdebatan.
Selama tujuh hari ini, Lerin hanya diam di kamar dan tidak keluar sama sekali. Jimin juga sudah meminta pada guru di sekolah untuk memberi Lerin waktu beristirahat. Teman-teman Lerin juga banyak memberi ucapan bela sungkawan untuk Lerin melalu sosial media.
Lerin sempet berpikir jika semua ini adalah salah Jungkook. Jika misalkan dia tak mendonorkan darahnya, Rey tidak akan pergi untuk selamanya. Akhir-akhir ini pikirannya sangat kacau, jadi ia selalu berpikir apa pun yang menyebabkan Rey pergi.
"Gue masih belum nerima ini. Rey, gue bener-bener gak mau kehilangan lo. hikksss..." batin Lerin sambil menatap kosong ke arah jendela.
Ceklek!
Suara pintu terbuka, menampilkan sosok Jimin berjalan masuk ke kamar Lerin.
"Rin, gue mau ke rumah Jungkook. Lo sini aja." Ucap Jimin dari arah belakang lalu kembali melangkah pergi dari kamar Lerin.
"Bang!" panggil Lerin dengan nada lemasnya.
Jimin memberhentikan langkahnya dan menoleh ke arah belakang.
"Gue... Mau ikut,"
Mata Jimin mendadak membulat besar karena kaget melihat Lerin yang akhirnya keluar kamar juga, apalagi minta ikut ke rumah Jungkook. Detik berikutnya Jimin tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
---
Setelah dua puluh menit di perjalanan, Lerin dan Jimin sampai di rumah Jungkook, mereka berdua sudah disambut oleh anak-anak Bangtan yang sudah lebih dulu datang. Mereka semua pergi ke rumah Jungkook selepas pulang sekolah agar bisa hadir semua.
"Rin, gimana keadaan lo? Udah membaik?" tanya taehyung pada Lerin yang baru saja sampai.
Lerin hanya tersenyum manis, dia masih tidak ingin berbicara pada siapa pun.
"Plisss..., jaga kesehatan lo, gue gak mau lo sakit." Ucap Taehyung sambil mengelus rambut halus Lerin.
Lerin menatap wajah Taehyung yang tengah tersenyum manis , entah mengapa saat tangan pria itu menyentuh rambutnya, rasa tenang tiba-tiba muncul walaupun Taehyung sudah memilik Cika di hatinya.
"Gue sempet kangen juga sama lo." Lanjut Taehyung lagi yang tiada henti membuat detak jantung Lerin berdetak cepat.
"Lo kurusan, Rin. Jimin kasih makan lo sapu lidi, ya?" tanya Suga, membuat semua orang menoleh pada pria dingin bermulut pedas tersebut.
"Ya udah, ayo masuk." Ajak Seokjin pada teman-temannya.
Mereka semua mulai berjalan dari yang sebelumnya berdiri di halaman rumah Jungkook selama beberapa menit, setelah sampai di depan pintu, Seokjin segera mengetuk pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua OSIS Dingin [SUDAH TERBIT]
FanficSUDAH DITERBITKAN oleh penerbit Guepedia. (Open PO) Seiring berjalannya waktu, Jungkook yang dingin dan pendiam menjadi semakin berbeda ketika salah satu Bendahara OSIS-nya itu selalu membuatnya geram. Namun siapa sangka, dibalik segala pertengkara...