Chapter 37

15K 1K 185
                                    

Sehabis dari rumah Cika, Lerin benar-benar lemas dan tak ada selera ingin melalukan apa-apa. Tadi pun di saat berjalan pulang ke rumah, ia lebih banyak menangis di jalan dan terus berpikir tentang perlakuannya yang hampir dibenci Jimin. Lerin setres hari ini, hanya untuk makan malam pun rasanya berat dan sulit bangun dari tempat tidur walau itu pergi kamar mandi sekali pun.

Jimin sempat bertanya pada Lerin, namun Lerin justru terus berkata 'tidak apa-apa' yang membuat Jimin semakin khawatir, padahal Jimin melihat jelas wajah Lerin yang sehabis menangis saat pulang tadi.

Jujur, dirinya sulit melepas Jungkook begitu saja dari perasaannya. Perempuan mana yang tidak baper saat dikirim banyak emoticon love di chat, dan tentu saja pasti menyimpan rasa suka diam-diam namun berusaha ditutup rapat-rapat.

Ada rasa suka atau tidak, Lerin masih belum meyakinkan perasaannya sendiri. Ia bingung harus berbuat apalagi untuk memberitahu pada Cika agar berhenti mengharapkan sesuatu yang akan menimbulkan rasa sakit di kemudian hari.

---

Semua murid di sekolah terlihat senang hari ini, liburan akhir tahun akan segera tiba dan itulah waktu yang ditunggu-tunggu mereka semua bersamaan dengan hari libur panjang. Lerin tersenyum sendiri saat melihat murid-murid yang berpacaran dengan bahagia tanpa ada beban di antara keduanya. Ia tak tahu mereka yang berpacaran pernah bertengkar atau tidak, namun Lerin bisa melihatnya sendiri jika mereka terlihat bahagia satu sama lain.

Tak terasa ia berjalan akhirnya sampai juga di dalam kelas, lalu ia segera duduk.

"Lerin? Ya ampun muka lo gak pakai make-up? Dekil banget kayak kambing." Ucap Yeri kemudian ikut duduk di depan Lerin, karena memang itu tempat duduknya.

Biasanya Lerin ber make-up terlebih dahulu jika pergi ke sekolah, tapi hari ini ia malas mengolesi wajahnya, jadi ia hanya memakai bedak dan sedikit liptint di bibirnya agar tidak terlihat pucat.

"Cika mana?" tanya Lerin pada Yeri dengan nada yang masih lemas.

"Ke kantin sama Aurin," jawab Yeri.

Lerin menganggukkan kepalanya.

"Lo kenapa? Lemas banget kayaknya," Yeri terus memperhatikan wajah Lerin yang berbeda dari biasanya. Biasanya Lerin datang ke sekolah dengan perasaan ceria, atau berjoget-joget layaknya orang gila, tetapi hari Lerin hanya cemberut saja.

"Gue gak apa-apa." Lerin sulit menceritakan semua masalahnya pada Yeri, jadi ia hanya mengatakan kata itu untuk menutupi semuanya.

"Yang benar? Kalau bohong hidungnya panjang loh," Yeri tertawa seakan mengejek Lerin untuk membuat temannya itu ikut tertawa.

Dan akhirnya candaan Yeri berhasil membuat Lerin yang tadinya terus menerus cemberut, kini menjadi tersenyum lebar sampai membuat mata gadis itu menghilang terbawa pipinya yang chubby. Lerin merasa dirinya membaik kembali saat sedang bersama Yeri, temannya yang satu itu mampu membuatnya tersenyum saat kesedihan melanda.

Semua murid di kelas langsung berlarian ke tempat duduk masing-masing saat guru datang. Lerin melihat Cika dan Aurin berlari ke tempat duduknya.

"Pagi, Rin..." sapa Cika.

Lerin hanya tersenyum dan tak membalas sapaan Cika, entah mengapa hari ini dirinya sulit berinteraksi dan mengobrol dengan Cika, tetapi dirinya juga harus menahan amarah karena tidak ingin ada masalah baru yang datang dalam persahabatannya.

"Pagi semua...," sapa guru itu ramah.

"Pagi juga, Bu...," teriak murid tak kalah keras.

"Hari ini, Ibu akan mengumumkan bahwa mulai besok lib---"

Ketua OSIS Dingin [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang