5

5.7K 445 14
                                    

Cahaya sinar matahari yang menyelinap di balik tirai yang tidak tertutup sempurna membuat tidur Kania terganggu. Ia mengerjabkan matanya dan terkejut mendapati Rendi yamg masih tertidur sambil memeluk dirinya. Wajah Rendi hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya dan hembusan nafasnya terasa di wajah Kania. Wajah pria itu terlihat sangat tampan dan damai, membuat senyum di wajah Kania mengembang.

Kania mengangkat tangannya. Tanpa menyentuh kulit Rendi, jarinya menelusuri wajah pria itu, dari dahi, mata, hidung sampai dagu. Ia menghentikan kegiatannya ketika tubuh Rendi bergerak. Kania menutup matanya dan berpura pura tidur. Ia menunggu beberapa menit. Setelah dirasa hembusan nafas Rendi menjadi tenang kembali, perlahan ia memindahkan tangan pria itu dari atas perutnya.

Setelah berhasil, ia turun dari ranjang, masuk ke dalam kamar mandi dan keluar sepuluh menit kemudian dalam keadaan sudah bersih.

Rendi masih terlelap di atas ranjang. Kania memutuskan untuk keluar dari kamar dan tidak mengganggunya. Ia turun ke lantai satu, berjalan melewati ruang keluarga dan berhenti di depan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta di pagi hari.

Lama ia terdiam di sana memikirkan berbagai hal. Hingga sebuah tangan tiba tiba melingkar di perutnya. Rendi memeluknya dari belakang dan menyenderkan dagunya di bahu kanan Kania. Tubuh Kania menegang, pasalnya belum pernah ia seintim ini dengan lawan jenis.

"Apakah tidurmu nyenyak?" tanya Rendi yang dijawab anggukan kepala Kania.

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Aku gak tega bangunin kamu. Kayaknya kamu cape banget."

"Aku punya penyakit insomnia dan baru kali ini aku bisa tidur nyenyak. Sepertinya setiap malam aku harus tidur sambil memelukmu."

Tiada lagi pembicaraan diantara mereka selama beberapa saat. Kania yang terlarut dengan suasana romantis dan Rendi yang mulai menikmati harum tubuh Kania. Rendi bergerak menghirup ceruk leher Kania. Ia bahkan mencium dan menggigit leher Kania dan menghantarkan kenikmatan yang belum dirasakannya.

Tiba tiba wajah Rania muncul di pikirannya. Kania bergerak maju dan melepas pelukan Rendi. Ia melihat wajah Rendi yang seperti kecewa dengan perilakunya tersebut.

"Aku...aku harus kembali ke rumah. Aku harus pergi kerja."

"Aku akan mengantarmu."

"Tidak usah."

"Mulai sekarang, kemanapun kamu mau pergi, aku akan mengantarmu."

"Kau tidak perlu melakukannya."

"Tentu saja aku perlu. Aku tunanganmu." geram Rendi.

Kania menghela nafas. "Bukankah sudah kukatakan, aku gak mau bertunangan denganmu."

Rendi menangkup wajah Kania dan menatap dalam matanya. "Bukankah sudah kukatakan. Kita akan tetap bertunangan, baik kau setuju atawpun tidak."

"Kenapa kau memaksaku?"

"Sejak dulu aku mencintaimu. Apakah ada alasan lagi selain itu?" Detik berikutnya Rendi mencium bibir Kania dengan lembut. Ia melumatnya. Kania hanya diam karena terlalu terkejut. Ini adalah pengalaman pertamanya dalam berciuman. Rendi menggigit bibir bawahnya dan membuatnya membuka mulut. Lidah Rendi masuk dan mengabsen setiap gigi di dalam mulut Kania. Akhinya Kania terbuai dan mulai membalas ciuman itu.

Rendi menyudahi ciuman mereka ketika kehabisan nafas. Ia menyandarkan dahinya di dahi Kania dan berbisik, "You are mine and always mine."

'Tapi aku bukan Rania.' jerit Kania dalam hati.

**
Z Tower

Rania mengetuk ngetukkan sepatunya
ketika menunggu di ruangan Rendi. Pria itu sedang meeting dengan tim RnD sejak sejam yang lalu. Beberapa kali ia melirik jam tangannya dan menghembuskan nafas kesal. Ia memantapkan diri untuk menunggu pria itu dan pantang pulang sebelum tujuannya tercapai yaitu membujuk pria itu agar mau membatalkan pertunangan mereka.

KANIA'S LOVER (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang