9.2

5.3K 422 7
                                    

Kania's POV

Dag dig dug dag dig dug.

Rasanya suara detak jantungku berdetak sangat keras bahkan suaranya sampai terdengar ke telingaku.

Grendel pintu sudah kupasang namun tetap saja membuatku tidak tenang. Di luar pintu, aku yakin sekali ada Rania yang mencoba masuk ke dalam.

"Apa yang kau lakukan?" Sepertinya Rendi menegurnya.

"Aku pikir ini toilet."

"Toilet di sana, di dekat tangga."

"Owh, begitu."

Setelah itu hening, tidak terdengar lagi suara Rania dan Rendi. Aku terduduk lemas di lantai. Aku seperti seorang maling yang takut tertangkap basah.

Aku bergeser dan bersandar pada ranjang menunggu Rendi membukakan pintu untukku sambil memeluk kedua lututku. Apa yang terjadi di luar? Kenapa ia belum membukakan pintu?

Setengah jam, sejam, dua jam. Perutku sudah berbunyi karena kelaparan. Aku belum makan sejak bangun tidur dan Rendi tidak meninggalkan makanan di dalam kamar.

Apa mereka sudah pergi? Apa di luar sudah aman?

Kruyuuuk.

Ah, aku sudah tidak tahan. Aku akan mengendap endap ke dapur dan mengambil makanan untuk kumakan. Itupun jika pintunya tidak dikunci.

Aku bangun dan menempelkan telingaku di daun pintu. Masih hening. Aku memegang handle dan menekannya. Ya ampun, ternyata tidak dikunci. Seharusnya dari tadi saja aku keluar dari ruangan.

Aku mengintip dari celah pintu yang kubuka sedikit. Tidak ada orang di luar. Aku menghembuskan nafas lega dan keluar dari kamar. Aku berjalan cepat melewati ruang tamu dan sampai di depan pintu keluar.

Sial, pintunya dikunci. Seharusnya aku sudah bisa menebaknya, Rendi tidak mungkin membiarkanku pergi. Di rak sepatu juga tidak ada sepatu Rania, itu tandanya mereka pergi ke luar.

Kruyuuuuk

Aku segera berjalan ke dapur dan membuka kulkas. Isinya penuh dengan bahan mentah. Aku tidak mungkin memasaknya karena aku tidak tahu kapan mereka akan kembali.

Akhirnya aku mengambil popmi di salah satu laci dapur. Untungnya tersedia air panas dan aku langsung menyeduhnya. Aku duduk bersandar di belakang sofa. Posisi itu kurasa paling aman karena aku bisa mengetahui siapa yang masuk ke dalam dan jika sudah aman, aku akan keluar dari sini. Itulah rencanaku.

Setelah selesai menghabiskan popmi, aku terus menunggu Rendi kembali. Semoga Rania tidak ikut kembali dengannya.

Aku tidak tahu persisnya sekarang jam berapa tapi langit sudah berubah menjadi jingga dan terdengar suara adzan dari mesjid di seberang apartemen.

Suara klik terdengar, tubuhku menegang. Aku mendengar suara langkah kaki berjalan dan berhenti di ruang tamu. Sepertinya orang itu berdiri tidak jauh dari tempat persembunyianku, hanya sofa yang membatasi keberadaan kami.

Rania sepertinya tidak ikut bersamanya karena tidak terdengar suaranya. Suara langkah itu kembali terdengar dan menjauh dari tempat persembunyianku.

Aku mengintip dari balik sofa. Kosong. Aman. Aku berdiri dan berlari ke pintu.

"Kau mau pergi?" Suaranya yang sarat ancaman terdengar di belakangku.

Aku berhenti dan menoleh ke belakang. Ia berdiri dengan wajah datar di dekat tempat persembunyianku tadi.

Ia berjalan dengan langkah santai sambil menatapku intens seolah aku adalah mangsanya. Satu langkah ia maju maka satu langkah aku mundur.

"Aku mau pulang." lirihku.

KANIA'S LOVER (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang