Rendi's POV
Aku langsung mengenalinya dari surai hitamnya yang indah dan panjang. Biasanya ia mengikatnya, tapi hari ini ia menggerainya, jauh lebih cantik dari biasanya.
Ia seperti kebingungan mencari sesuatu di lantai. Aku melihat sebuah kartu perpustakaan tergeletak di dekat kakiku. Aku memungutnya dan seketika tersenyum, itu adalah miliknya. Rania Atmaja.
Rania gadis cantik, bunga kampus yang selalu menjadi pusat perhatian semua orang, terutama kaum adam. Ia periang dan supel. Aku pertama kali bertemu dengannya di area parkir. Aku pernah satu kelompok dengannya tapi ia sepertinya hanya menganggapku teman biasa.
Rania masih sibuk mondar mandir mencari kartunya. Aku menghampirinya dan berkata, "Apa kau mencari ini?"
Ia mendongak dan tampak tertegun.
"Rania?" Aku memanggil namanya dan ia terkejut. Ia sepertinya melamun.
"Ini kartumu kan?" Aku mengulurkan kartu perpustakaan miliknya.
"Terima kasih." cicit Rania.
Setelah itu aku sedikit memaksa untuk membawakan buku buku yang ia pinjam. Sayangnya ia ingin langsung pulang jadi kami hanya mengobrol sebentar sampai ia naik mobilnya di parkiran.
Pertemuan yang singkat namun memberikan kesan mendalam bagiku.
Netra matanya yang hitam dan perkataannya yang lembut, membuatku nyaman berada di sampingnya. Aku semakin jatuh cinta padanya.Sejak hari itu, aku bertekad untuk mendekatinya. Walau Rania sudah punya pacar, aku tidak menyerah. Aku membantunya mengerjakan laporan kampus, memperbaiki mobilnya yang mogok dan membantunya membolos dengan memalsukan tanda tangannya.
Rania selalu dikelilingi oleh pria pria brengsek yang hanya memanfaatkannya. Kupikir ketulusan hatiku dapat membuatnya berpaling dari mereka. Nyatanya ia malah menolakku ketika aku menyatakan cinta padanya di cafe. Tidak hanya itu, ia juga mempermalukanku di kampus keesokan harinya.
"Denger ya, lo itu cuma cowok miskin, yang gak tau diri. Kalau bukan karena beasiswa, lo gak mungkin bisa kuliah di sini. Sorry to say ya, gue gak level sama cowok miskin kaya lo jadi jangan pernah deketin gue lagi!"
Statement Rania tersebut di dengar oleh banyak orang dan membuatku jadi korban gunjingan orang orang selama beberapa hari.
Aku ingin marah dan membalasnya. Itulah sebabnya aku kerja sampingan tanpa hari libur. Aku ingin mengumpulkan uang sebanyak banyaknya dan membuktikan pada Rania bahwa pria miskin sepertiku dapat masuk ke kelas sosial yang sama dengannya.
Karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sampingan, ibu dan Ana seringkali memprotesku. Aku hanya memiliki ibu dan Ana, adikku yang terpaut tiga tahun.
"Ngapain kakak banting tulang kaya orang kesetanan seperti ini?" semprot Ana setelah shiftku baru saja selesai.
Keadaan cafe yang sudah sepi pada pukul 9 malam tidak menyurutkan niatnya untuk menyusulku ke sini.
"Aku butuh uang untuk kuliah." jawabku tenang sambil tersenyum tipis.
"Bohong. Semua ini gara gara cewek kan?! Aku nemu foto foto cewek itu di kamar kakak!"
Aku terobsesi dengan Rania hingga diam diam aku mengambil foto candidnya dan menyimpannya di kamarku. Sepertinya Ana sudah berani menggeledah kamarku.
Kami bertengkar malam itu di depan cafe. Ia marah karena aku jarang meluangkan waktu untuknya dan hubungan kami menjadi renggang.
Ia menyentak tanganku. "Kakak cuma bisa janji. Aku benci kakak!" teriaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIA'S LOVER (Complete)
Romance"Kenapa kau memaksaku?" tanya Kania gugup. "Sejak dulu aku mencintaimu. Apakah ada alasan lagi selain itu?" tanya Rendi balik. Detik berikutnya Rendi mencium bibir Kania dengan lembut. Ia melumatnya. Kania hanya diam karena terlalu terkejut. Ini a...