11

5.7K 392 6
                                    

KANIA'S POV

"Aku turut berduka atas kematian saudaramu." ucap Alan begitu masuk ke ruanganku. Sepertinya Rendi mengirimkan pesan padanya bahwa aku terpaksa meninggalkannya di bioskop karena kematian salah satu anggota keluargaku. Astaga, pria itu mengarang cerita yang keterlaluan.

"Terima kasih. Maafkan aku yang mendadak meninggalkanmu di bioskop kemarin."

"Tidak apa apa. Kita bisa menggantinya lain waktu."

Aku tersenyum tipis dan mengalihkan pembicaraan. Sepuluh menit kemudian, perhatianku teralihkan kepada hpku yang tidak berhenti bergetar. Rendi yang menelpon. Ia menculikku selama dua hari dan sebelum mengantarku pulang, ia mengeluarkan titahnya.

"Kau harus menjawab telponku dan jangan mendekati pria manapun, kau mengerti!"

Dasar pemaksa.

Aku bergerak menjauh dari Alan dan menggeser layar ke tombol hijau. Setelah mengucapkan salam, ia menanyakan kabarku, apakah aku sudah makan, dan apa yang sedang kulakukan. Kalimat terakhirnyalah yang membuatku memutar mata malas.

"Nanti supirku datang menjemputmu. Ia akan mengantarmu ke apartementku."

"Aku tidak bisa." bisikku sambil melirik Alan yang masih sibuk memainkan hpnya.

"Datang ke apartementku Nia ataw aku sendiri yang menyeretmu ke sana."

Aku menutup sambungan tanpa mengucapkan salam. Astaga, apa yang harus kulakukan?

**

Aku menatap gedung apartement yang menjulang tinggi sebelum mobil masuk ke lobi. Aku turun setelah mobil berhenti dan berjalan melewati meja resepsionis dengan perasaan gugup.

Aku terpaksa menolak ajakan kencan Alan dengan berasalan pergi ke rumah tanteku dan dijemput oleh supir.

Pintu lift terbuka dan aku masuk ke dalam. Setelah mencapai angka 20, pintu lift terbuka dan aku berjalan menuju pintu di sebelah kiri. Aku memasukkan password yang ia kirimkan lewat WA.

Aku menarik nafas dalam sebelum menekan handle pintu. Suasana hening menyambutku. Sepatunya ada di rak menandakan ia sudah pulang. Aku masuk lebih ke dalam sambil melihat ke sekeliling dan menemukannya di dapur sedang duduk sambil memfokuskan matanya pada laptop.

Aku mendekatinya pelan pelan. Kulihat ia sedang serius membaca angka angka di layar sampai tidak menyadari kehadiranku.

Jadi ia masih bekerja? Jika ia sibuk, untuk apa ia menyuruhku datang?

Ia sudah berganti pakaian dengan pakaian santai tapi gurat kelelahan masih tampak di wajahnya. Padahal baru kemarin malam kami bertemu tapi ia sudah kelelahan bekerja sampai seperti ini.

"Kau lembur?"

Ia terkejut dan langsung menoleh. "Kau mengejutkanku." Setelah itu ia tersenyum, berdiri dan memelukku.

Aku tidak membalas pelukannya, sama seperti aku yang tidak membalas ungkapan cintanya kemarin.

Ya tuhan, nyaman sekali dipeluk olehnya.

Ia melepas pelukanku dan memintaku duduk di sofa. Aku menurutinya. Lima menit kemudian, ia menghampiriku dengan dua cangkir teh hangat.

Ia menggenggam tanganku dan bertanya tentang kegiatanku hari ini.

"Mulai malam ini, sebelum pulang ke rumah, datanglah ke sini untuk beberapa jam. Setelah itu aku yang akan mengantarmu pulang."

Dahiku mengernyit. "Aku tidak bisa." Aku melepas genggaman tangannya. "Yang terjadi di pulau kemarin, lupakanlah semuanya."

KANIA'S LOVER (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang