4

5.5K 416 21
                                    


Kania mengerjabkan matanya perlahan dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke netra matanya. Ia menegakkan tubuhnya dan duduk di sofa. Hal pertama yang ia lihat adalah Rendi yang duduk di kursi kebesarannya sambil menatapnya intens.

"Kau sudah bangun?" Rendi bangkit dari duduknya dan menghampiri Kania. Kania bergeser agar Rendi dapat duduk di sampingnya.

"Maaf aku ketiduran."

"Aku yang minta maaf karena membuatmu menunggu." ucap Rendi sambil memindahkan rambut Kania ke belakang telinganya.

Hal itu spontan membuat pipi Kania merona.

"Kau sudah makan?"

"Belum." Tiba tiba perut Kania berbunyi dan Kania menunduk malu. Rendi tersenyum dan menggamit tangan Kania.

"Ayo, kita makan dulu." Rendi menggandeng Kania keluar ruangan. Beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka menatap aneh pada keduanya. Pasalnya Rendi yang terkenal dengan sikap dinginnya tiba tiba menggandeng seorang wanita.

Rendi mengajak Kania makan siang di sebuah restoran tidak jauh dari Z Tower.

Kania sesekali melirik Rendi yang tampak fokus menghabiskan soto dagingnya.

Ketika mereka sudah menghabiskan makan siangnya, Kania membuka percakapan. Ia mengatakan bahwa ia tidak ingin meneruskan perjodohan mereka.

"Bukankah kau juga tertarik padaku?"

'Iya.' batin Kania.

"Tidak. Aku tidak mau bertunangan denganmu."

Rendi mengangguk angguk sambil mengetukkan jarinya di atas meja. "Kita akan tetap bertunangan dan menikah."

"Tapi aku gak mau."

Tatapan Rendi berubah menjadi dingin. Ia memajukan tubuhnya dan berbisik, "Kita akan tetap menikah baik kau setuju ataw tidak!"

**

Kania melamun memikirkan ucapan Rendi terakhir sebelum ia berpisah dengan pria itu dua hari yang lalu. Setelah mengucapkan bisikan yang sarat ancaman, Kania terpaksa pergi meninggalkan pria itu karena mendapat panggilan darurat dari rumah sakit.

Malamnya Rania menanyakan perihal pertemuan keduanya dan sekali lagi ia merasa kecewa karena Kania tidak kunjung berhasil meyakinkan calon tunangan Rania itu untuk membatalkan niatnya.

Tiba tiba Kania terbayang rasanya digenggam oleh Rendi. Telapak tangannya yang besar dan hangat, mengantarkan getaran aneh yang membuat Kania sesak.

"Kania ikut kan?" tanya Marla, teman seprofesinya yang berhasil membuyarkan lamunan Kania. Saat ini ia sedang makan siang bersama 3 orang temannya di kantin rumah sakit.

"Ayolah Kan, aku tahu hari ini kau cuma punya jadwal visit aja. Kau ikut ya." bujuk Via

"Tapi..."

"Gak ada tapi tapian. Kau harus ikut bersama kami. Kapan lagi kita bisa punya waktu luang seperti ini." potong Riska.

Kania menghela nafas. Club malam adalah tempat yang dihindarinya tapi Riska benar, sudah hampir 3 bulan mereka tidak pernah berkumpul bersama karena kesibukan masing masing. Akhirnya Kania mengangguk yang direspon dengan senyum senang oleh teman temannya.

Tepat pukul 7.30 mereka sampai di club YORKS di bilangan Jakarta Pusat. Suara dentuman musik menggema di seluruh penjuru ruangan. Lantai dansa dipenuhi muda mudi yang sibuk menggoyangkan tubuhnya.

Kania dan teman temannya memilih salah satu meja dan memesan minuman non alkohol. Mereka bercanda gurau dan menikmati musik yang mengalun dengan menggoyang goyangkan kepala.

KANIA'S LOVER (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang