10.1

5.6K 406 22
                                    

Kania's POV

Hubunganku dengan Alan berjalan baik. Ditengah kesibukannya, ia menyempatkan diri untuk menjemput dan mengantarku pulang.

Obrolan kami memang baru seputar dunia medis dan pekerjaan tapi tak apa, ini baru tahap saling pengenalan dua kepribadian.

Walau kadang rasa canggung timbul ketika bersamanya, aku tetap optimis dengan hubungan kami. Setidaknya berhubungan dengan Alan adalah hal yang teraman untukku saat ini.

Malam ini, tepat seminggu kami jadian. Seperti biasa, Alan mengantarku pulang. Aku terkejut melihat dua pasang insan yang tengah berdiri di dekat sebuah mobil yang sangat kukenal. Rania sedang bersamanya. Pria itu rupanya sudah kembali dari Kalimantan.

"Kau sudah pulang Ni. Wah siapa ini? Pacar baru ya?" Goda Rania ketika aku keluar dari mobil Alan.

Aku tersenyum malu dan meminta Alan turun dari mobil dan berkenalan dengan mereka. Baguslah, dengan begini aku bisa menegaskan kepadanya bahwa aku sudah bersama orang lain.

Rania menggoda Alan ketika mereka berkenalan sedangkan Rendi hanya menatapnya dengan wajah datar. Ia bahkan tidak membalas jabatan tangan Alan ketika ia mengenalkan dirinya.

Aku tahu ia tidak suka dengan kehadiran Alan. Hal itu terlihat jelas ketika ia menatap tajam Alan yang tersenyum sambil menatapku.

Alan pamit setelah berbasa basi dengan keduanya dan masuk kembali ke dalam mobil.

"Ran, kurasa dompetku tertinggal di dalam, apakah kau bisa mengeceknya?" pinta Rendi ketika mobil Alan melewati pagar rumah.

Rania mengganguk dan membalikkan badan. Ia berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah riang. Aku yang bermaksud menyusulnya tiba-tiba ditarik hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya di puncak kepalaku.

Aku mendongak dan melihat ekspresi wajahnya yang kesal.

"Sejak kapan kalian berpacaran?" desisnya.

Kupikir seminggu tidak bertemu dengannya dapat membuat tubuhku lupa dengan reaksi yang terjadi jika kami berdekatan, nyatanya jantungku masih berdetak cepat dan dadaku sesak karena rasa rindu.

"Aku tidak punya kewajiban menjawab pertanyaanmu." jawabku ketus.

Ia tersenyum tipis. "Kau sudah berani menjawab rupanya."

"Lepaskan aku! Rania akan melihat kita."

"Bukankah itu bagus? Dengan begitu, aku dapat mendekatimu secara terang terangan."

"Kau gila!"

"Dengarkan aku Ni, kau milikku, bukan milik pria manapun!"

Ia melepaskan tanganku. Wajahnya berubah menjadi datar kembali. Semenit kemudian Rania datang. Aku berusaha bersikap wajar dan berjalan masuk ke dalam rumah tanpa berbasa basi dulu dengan Rania.

**
Dia benar benar serius dengan ucapannya kemarin malam. Ketika jam di ruanganku hampir menunjuk ke angka 12 tepat, ia masuk ke ruanganku secara tiba tiba dan menguncinya dari dalam.

Ingin rasanya aku berteriak dan meminta tolong tapi ia berhasil membungkamku dengan ucapannya.

"Silahkan kau berteriak, aku dengan senang hati mengatakan pada mereka aku sudah memperkosamu dan rela membawamu ke KUA untuk mempertangungjawabkan perbuatanku hari ini juga."

Ia tersenyum puas karena berhasil mengancamku.

Suara dering hp menarik perhatianku. Aku mengambil hpku yang tergeletak di atas meja. Alan yang menelponku.

KANIA'S LOVER (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang