Diperlukan waktu dua jam bagi kami untuk sampai di tempat kejutan yang telah dipersiapkan Rendi sebagai tempat bulan madu kami. Kami berangkat pukul 3 pagi dan baru tiba di pulau umang pukul 5. Untungnya morning sicknessku tidak menghambat perjalanan kami.
Ia membatalkan niatnya membawaku ke pulau pribadinya karena takut bepergian dengan pesawat akan membawa dampak buruk bagi kandunganku yang masih hamil muda.
Kami tiba dua puluh menit sebelum sunrise dan langsung menuju sebuah cottage kecil yang ia sewa untuk kami berdua. Hamparan pasir putih dan laut tidak berujung menjadi pemandangan hidup yang menyambutku jika aku membuka pintu balkon.
Aku menikmati detik detik sunrise dari balkon dan ia memelukku dari belakang.
"Indah bukan?" bisiknya di telingaku yang menimbulkan efek getaran gairah yang membuatku gila.
Rendi tersenyum ketika melihatku terpancing. Dengan gerakan cepat, ia menggendongku dan membawaku kembali ke dalam kamar.
"Kita baru melakukannya semalam, apakah kau tidak merasa bosan?" tanyaku ketika ia bersiap membuka bajuku.
"Aku tidak akan pernah bosan dan lelah dengan tubuhmu sayang. Your heart, your mind and your body are mine."
Ia melumat bibirku dengan rakus, menyisipkan lidahnya ke dalam mulutku dan bermain main di sana. Tangannya mulai memeras payudaraku dan memainkan putingku yang menimbulkan desahan dari bibirku. Bisa kurasakan ia tersenyum di tengah kegiatan menciumnya.
Ia melepas ciumannya dan bergegas membuka bajunya hingga telanjang bulat. Alat kelaminnya telah berdiri tegak, siap untuk memenuhi tubuhku. Walau aku sudah pernah melihat semua bagian tubuhnya, aku masih belum terbiasa dan merasa malu.
Rendi tersenyum lebar dan naik ke atas ranjang. Ia menciumku lagi dan kami menghabiskan pagi itu bercinta berkali kali hingga aku tidak sanggup untuk turun dari ranjang.
Aku tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Menikah dengan pria yang kucintai dan bercinta dengannya bagai seorang wanita hypersex. Aku pernah membaca sebuah artikel, bahwa wanita hamil mempunyai libido yang tinggi. Entah benar atau tidak, yang pasti sekarang aku tidak menyesal bersamanya.
**
Aku meregangkan tubuhku dan duduk di tepi ranjang. Suara ombak terdengar dari balik dinding dan cahaya matahari masuk dari celah jendela.Aku menoleh ketika mendengar suara pintu dibuka. Rendi dengan wajah tampannya masuk dengan dua orang pelayan membawa sarapan untuk kami berdua. Setelah menatanya di nakas, kedua pelayan itu pergi.
Rendi duduk di lantai sambil mengelus perutku yang masih rata.
"Apa kau baik baik saja? Maaf aku membuatmu lelah dengan percintaan kita."
Aku menggeleng. "Aku baik baik saja."
Rendi menatap perutku dan menempelkan telinganya di perutku.
"Halo anak papa. Bagaimana kabarnya hari ini. Sehat terus ya nak. Papa sayang kamu."
Aku tersenyum dan mengelus rambut Rendi. Aku menyukai kegiatan rutinnya setiap pagi yang menyapa calon buah hati kami.
"Kau ingin anak laki laki atau perempuan?"
"Apa saja, asalkan lahir dari benihku dan tumbuh di rahimmu."
Rendi mengecup punggung tanganku. "Berjanjilah padaku, apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku. Jika kau pergi, aku bisa gila."
Bayangan ketika Rendi yang terpuruk setelah acara makan malam bersama keluarga besarnya waktu itu, tiba tiba melintas di kepalaku.
"Jangan katakan kau akan gila. Aku gak mau melihatmu sedih seperti waktu itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/148719934-288-k221314.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIA'S LOVER (Complete)
Romance"Kenapa kau memaksaku?" tanya Kania gugup. "Sejak dulu aku mencintaimu. Apakah ada alasan lagi selain itu?" tanya Rendi balik. Detik berikutnya Rendi mencium bibir Kania dengan lembut. Ia melumatnya. Kania hanya diam karena terlalu terkejut. Ini a...