Kisah Ke Seratus Satu: Di Bumi, Asalkan Ada Kamu

209 12 2
                                    

Di sinilah kita; di bawah naungan langit Sang Semesta. Terduduk di atas hamparan rumput sembari bertukar cerita tentang teka-teki Semesta yang kerap melelahkan. Menghibur satu sama lain agar tak lagi terhunus sepi.

Di sinilah kita; ketika kini teduh telah menjelma menjadi sebuah raga. Ketika rasa telah mengurai di dalam dada. Ketika tawa beratmu kerap mengalun halus nan merdu di kedua telinga. Ketika senda guraumu menjadi hal yang mengisi kekosongan dalam raga.

Di sinilah kita; jauh dari bising kendaraan kota. Aku dan kamu, benar-benar hanya berdua. Bersama percakapan tak bermakna dan gurauan darimu yang seringkali membuatku tertawa.

"Kalau aku punya uang banyak, akan kubeli Semesta," katamu saat itu. Entah bergurau atau memang sungguh-sungguh.

Aku bingung. "Semesta gak bisa dibeli," sanggahku. "Memangnya kamu mau apa beli Semesta?"

"Ah, ya sudah kalo tidak bisa dibeli." Kamu mengalihkan pandangan ke langit. "Kupinjam saja Semesta-nya. Soalnya, mau kusuruh dia untuk menjagamu."

"Kenapa?" tanyaku, masih belum paham dengan maksud ucapanmu.

"Ya ... gapapa," Kamu terkekeh saat menjawab, "itu, kan, bentuk keperdulianku."

Aku jadi tertawa. "Alay dasar kamu," cibirku padanya.

Kamu pun turut tertawa.

Dan, semenjak itu; semua menjadi hal favoritku.

Kamu, senda guraumu, percakapan itu, dan semua tempat di bumi.

Ya, aku menyukai semua tempat di bumi.

Asalkan ada kamu.




- Rahmadani. // 19:37

Sejuta Aksara 2. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang