"Hanya dengan menerima perbedaanlah, kita mampu menerima persamaan itu. Jangan pernah berharap orang lain akan menjadi serupa dengan kita, dengan demikian maka kita bisa melihat bahwa banyak hal yang menjadi persamaan antara kita dengan orang-orang tersebut."
Jimin langsung menbalikkan tubuhnya ketika mendengar kalimat yang panjang seperti biasanya. Dia tersenyum lebar melihat seorang yang baru saja mengucapkan kalimat panjang itu tanpa bosan, karena jujur dirinya saja merasa bosan mendengar kalimat panjang menyebalkan itu.
"Apa kau tidak bosan mengatakan hal yang sama berulang kali?" tanya nya dengan kekehan kecil.
"Tentu saja tidak." jawab orang itu dengan penuh yakin.
Jimin hanya menggelengkan kepalanya saat melihat senyum lebar yang menghiasi wajah Taehyung, adiknya. Mengangkat bahunya tidak peduli lagi dengan kehadiran adiknya, Jimin kembali membalikkan tubuhnya menatap danau yang terlihat indah dan menakjubkan karena berpadu dengan sinar senja.
"Kau tau persamaan dirimu dengan danau itu hyung?" tanya Taehyung ikut menikmati keindahan yang di suguhkan oleh danau di hadapan mereka.
Jimin diam menatap lekat danau di hadapannya. Persamaan? Danau itu berada di tengah hutan berantara dan juga di kelilingi ribuan pohon raksasa, meskipun danau itu akan terlihat indah dan menakjubkan jika sedang berpadu dengan sinar senja dan bulan purnama. Namun di karenakan keberadaannya yang berada di tengah hutan, tetap saja tidak akan ada orang yang mengetahui keindahannya. Meskipun ada, kecil kemungkinan orang itu akan mengetahui keindahan danau itu hanya dengan sekali melihatnya.
Sama seperti dirinya yang memiliki takdir berbeda dengan werewolf lainnya. Meskipun bukan kesalahannya berbeda dari yang lainnya, namun tetap saja mereka menyalahkan dirinya, menghakimi dirinya, bahkan menganggap dirinya sebagai kutukan bagi kerajaan Heaven.
Seberapa keras pun Jimin berusaha mengatakan jika dirinya pun tidak menginginkan takdir menyedihkan ini, dan juga seberapa keras pun Jimin mengatakan jika bukan lah salahnya memiliki takdir kutukan ini. Namun hingga Jimin merasa putus asa pun, tidak akan ada orang yang mempercayai nya atau pun sekedar mendengarkan perkataannya.
"Sama-sama menyedihkan." lirih Jimin menatap nanar danau di hadapannya.
"Kau salah " kata Taehyung pelan, membuat Jimin kembali menatap ke arahnya. "Bukan kau atau pun danau itu yang menyedihkan. Tetapi mereka, mereka yang tidak mengetahui keistimewaan dirimu dan juga tidak mengetahui keindahan danau ini yang menyedihkan." lanjutnya.
"Aku mengerti ke khawatiran mu, tapi aku baik-baik saja."
"Aku tidak ingin hanya mulut mu yang mengatakan baik-baik saja hyung, tapi juga aku menginginkan dirimu benar-benar baik-baik saja."
"Aku sungguh baik-baik saja." yakin Jimin disertai dengan senyum tulusnya.
Karena aku sudah terbiasa dengan semua ini. Lajutnya membatin.
Sangat munafik memang jika Jimin mengatakan dirinya baik-baik saja. Karena nyatanya dirinya tidak lah baik-baik saja seperti yang di katakannya, ia mengatakannya karena tidak ingin melihat adiknya itu terlalu mengkhawatir kan dirinya.
Taehyung mendengus malas melihat senyum menyebalkan yang selalu di tunjukan hyung nya itu. Dia lebih baik melihat hyung nya dengan air mata tetapi mengatakan yang sebenarnya, dari pada menunjukan senyum seperti itu namun menyimpan sebuah kebohongan darinya.
"Sebaiknya kita pulang sekarang, aku tidak ingin di ceramahi oleh eomma lagi." kata Jimin lantas membalikkan badannya dan berlalu pergi menjauhi danau tersebut.
"Hyung, bukannya kepergian kita ke pack sudah dekat?" tanya Taehyung setelah berhalis mensejajarkan langkahnya dengan Jimin.
"Memang nya kenapa? Kau menyesal sudah menerima perintah appa?"
"Bukan itu. Aku hanya tidak mengerti kenapa kita harus pergi kesana."
"Apapun alasan mereka mengirim kita kesana, aku yakin mereka mempunyai alasan yang baik."
"Hyung." ucap Taehyung pelan ketika melihat enam makhluk bermata merah menghadang jalan mereka.
Salah satu vampir mengangkat senjata api yang berisi peluru hitam kelam lalu menembakkan ke arah Jimin. Namun dengan cepat Taehyung merubah wujud menjadi serigala dan menyembunyikan Jimin di belakangnya.
"Anjing pengganggu," geram salah seorang vampir yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam. Penampilan para makhluk itu tidak jauh berbeda satu dengan lain. Mereka memiliki mata merah darah, jari-jari yang memiliki cakar, dan taring lebih panjang dari manusia normal.
"Kita pergi." ucap Jimin dengan nada perintah.
Salah satu peluru melesat melewati wajah Jimin, membuat Taehyung menggeram marah.
"Kau hampir saja terkena peluru mereka, apa kau yakin ingin pergi?" tanya Taehyung melalui mind link.
"Baru hampir, belum kena." balas Jimin acuh.
"Tetap saj_"
"Kita pergi Tae." ucap Jimin dengan tegas.
Taehyung berdecak kesal, namun tetap menuruti perintah Jimin dengan menekuk kaki belakangnya memudahkan Jimin menaiki punggung nya.
"Jangan harap kalian bisa lolos sekarang." geram salah satu makhluk bermata merah itu.
Sekali lagi Taehyung berdecak kesal. "Bicaralah setelah kau berhasil menangkap ku." sarkasnya, lalu secapat kilat ia berlari menjauhi keenam vampir itu dengan Jimin di punggung nya.
Ini bukan kali pertama lagi bagi mereka berdua berurusan dengan makhluk-makhluk berjubah hitam itu, melainkan sudah kesekian kalinya.
•••••
Prolog
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise | Yoonmin |
Random"Kepercayaan diperoleh bukan dengan banyak nya perkataan, melainkan kesesuaian antara perkataan dan perbuatan."