#1

5.5K 420 479
                                    

"Mending lo pergi dari hadapan gue!"

Gebrakan tangan di atas meja menggema di ruang kelas.

Dante berlalu meninggalkan gadis berambut lurus panjang yang tertunduk sedari tadi di deret bangku paling depan.

Gadis itu hanya melihat punggung Dante yang mulai tak terlihat dengan beberapa teman sekelasnya yang berbaur keluar kelas.

Seperti biasa, Dante, Dicky, Krisna dan Riki selalu menghabiskan jam pelajaran Fisika di kantin sekolah, dengan alasan gurunya super killer dan suka nunjuk-nunjuk. Apalagi ditambah emosinya Dante yang tadinya memuncak karena seragam sekolahnya terkena susu cokelat Enki yang tumpah di dekatnya.

"Santai aja bro! Lagian lo nggak perlu semarah itu sama cewek"

Riki membicarakan kejadian susu cokelat tadi.

Intinya cuma Dante dan temen-temennya yang berani kaya gini. Padahal udah ada Pak Pri yang biasanya ke sana kemari ngejaga lingkungan sekolah biar nggak ada murid yang bolos. Tapi mereka malah berani-beraninya main ke kantin. Lagi pula, mungkin hari ini Pak Pri lagi nggak masuk kerja, jadi kesempatan mereka buat nongkrong seharian terbuka lebar.

"Lagian tuh cewek gila banget! Sumpah!" Dante menghisap rokok dan mengepulkan asapnya.

"Dan! Lo rokok di sini malah cuma cari masalah sama Kepsek! Kalo ibu kantin ngaduin gimana? Kita yang kena. Anying lo!" Mendadak Krisna dengan keras menyenggol bahu Dante dengan sikunya.

Dante meringis memegangi bahunya lalu melanjutkan menghisap rokok dan mengepulkan asapnya lagi.

"Apa sih lo Kris? Kayak lo nggak pernah rokok aja, lo lebih anying dari pada gue. Lagian ntar kalo ketahuan palingan cuma dihukum di tengah lapangan, sekalian tebar pesona ke adik kelas yang cakep-cakep"

Dante mengeluarkan seringaiannya sedangkan Krisna hanya mencibir pelan soal temannya satu itu yang makin hari makin gesrek.

Dari empat cowok yang nongkrong di kantin, cuma satu yang dari tadi nggak nimbrung dipembicaraan gak jelas sekaligus unfaedah itu. Sebut saja namanya Dicky, yang lagi sibuk mainin handphone sambil makan Mie Ayam pesanannya.

"Lo makan sambil main handphone mulu! Kemakan tuh handphone baru tahu rasa lu!" Celetuk Dante tiba-tiba.

Semua makhluk hidup yang ada di kantin tertawa lepas melihat Dante merampas handphone Dicky.

"Ganggu gue pacaran, brengsek!"

Dicky meninggalkan Mie Ayam kesayangannya dan kembali merampas handphone miliknya.

"Gue lagi sms-an bego! Ntar Nona marah sama gue gara-gara lo balesin sms dia!"

"Yeee! Biasa aja Dick nggak usah nyolot gitu, ntar kalo Nona tiba-tiba suka sama gue gimana?" Krisna mengedip-ngedipkan mata kanannya kearah Dicky.

Melihatnya, Dicky ketawa ngakak dan melemparinya tissue bekas yang barusan ia pakai membersihkan mulut.

Tiba-tiba dengan nada panik, Riki mengagetkan.

"Bro! Bro! Bro! Cabut! Ada Pak Kepsek!"

"Pak Kepsek nggak pernah main ke kantin Rik! Lo suka ngaco!" Dante menambahkan dengan santai.

"Anying lo! Yang pake peci terus kacamatanya dipakainya di hidung siapa coba?" Riki siap-siap berdiri dari tempatnya.

"Mana?" Dante melihat sekeliling.

"Itu!!!"

Belum sempat Dante meligat dengan jelas, mereka berhamburan menuju kelas. Dante membuang batang rokoknya sembarangan karena panik. Lagian biasanya cuma Pak Pri yang beroperasi, sekarang Pak Kepsek.

Seluruh murid yang sedang menulis rumus di kelas mengedarkan pandangannya diambang pintu, menemukan empat makhluk astral dengan wajah merah padam karena habis lari dari kantin yang bisa dibilang lumayan jauh dari kelas.

Jelas, wajah mereka ketakutan, mengetahui Bu Kina yang dikenal guru paling killer di sekolah tengah memegang penggaris kayu panjang dan berekspresi, 'akan kubunuh kalian!'.

Melihat tatapan itu, mereka dengan sangat hati-hati mendekat ke arah Bu Kina, lantaran mereka sudah tahu apa yang akan terjadi.

"Aww!!!"

Pekik satu dari mereka ketika penggaris kayu panjang mendarat dipantat masing-masing.

Bu Kina semakin memelototi mereka satu per satu sambil berkacak pinggang. Tapi Dante malah senyum sendiri melihat Bu Kina ketika sampai di depannya. Tanpa basa-basi, mendarat lagi penggaris kayu itu di pantat Dante. Teman-teman sekelasnya mulai ramai dan terdengar riuh tawa kesana-kemari menyambut ringisan Dante yang mengusap pantatnya yang mulai nyeri.

Tapi Dante tidak pernah kapok karena dihukum Bu Kina adalah rutinitas yang tak terhindarkan ketika kantin tidak lagi menjadi tempat aman.

"Bu!"

Tiba-tiba Dante membuka suara dengan nada serius, Bu Kina menoleh dan seketika itu teman sekelasnya terdiam dan memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Bu Kina cantik deh!"

Gelegak tawa mengaung lagi diruang kelas. Dante tertawa puas membuat jam pelajaran Bu Kina menjadi acara lawak dadakan. Sementara Bu Kina semakin melotot tajam dan mendarat lagi satu pukulan maut. Dicky, Krisna, dan Riki malah tertawa terpingkal-pingkal.

"Diam kalian!"

Bu Kina semakin tajam menatap keempat makhluk astral yang menurut istilah mereka tengah berada pada 'tikaman macan mengerikan'.

"Kalian ini sudah kelas sebelas! Mau jadi apa kalian nanti, hah?" Bu Kina menggebrak papan tulis dengan penggaris kayunya. Semua murid terdiam. Kali ini Dante berubah ekspresi.

"Saya kasian dengan orang tua kalian! Sudah bersusah payah mendidik tapi kalian masih berkelakuan buruk seperti ini. Apa yang ada pada pikiran kalian?"

Dante menunduk.

Bu Kina semakin memperkeras nada bicaranya. Mendadak Pak Kepala Sekolah berada di depan pintu dengan sebatang rokok di tangannya.

"Permisi Bu, saya ingin memanggil Dante. Dante Agradian"

Seisi kelas prihatin menatap Dante yang tengah menepuk jidatnya keras-keras.

Kalau ini sih namanya bukan antara surga dan neraka, tapi neraka campur neraka. Dipanggil Pak Kepsek sih lolos dari Bu Kina, tapi sampai ruangannya, bisa-bisa nggak balik ke kelas.

Bu Kina hanya tersenyum, tak menjawab perkataan Pak Pintoko, kepala sekolah yang kalem tapi sama sadisnya dengan Bu Guru Fisika cantik di samping Dante.

Dante mengangkat tangannya ragu-ragu sampai akhirnya pandangan Pak Pintoko mengarah padanya dengan raut sudah bisa ditebak.

"Lo bakal kena skors bro!" Bisik Krisna ditelinga Dante yang membuatnya merasa seneng-seneng susah.

"Ikut ke ruangan saya"

"Mampus gue!"

-

DANTE [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang