#11

1K 109 17
                                    

Langit-langit rumah yang berwarna putih menjadi pemandangan Enki seketika ia masuk kamarnya dan berbaring di tempat tidur usai melepas tas sekolah.

Di meja belajar, Tante Lodia sudah menyiapkan susu untuk Enki layaknya seorang Ibu.

Enki berdiri dan meminumnya. Mendadak handphone di dalam tasnya berdering.

Ia mengambilnya dan mendapati 12 sms yang belum terbaca.

Enki menutup mulutnya karena kaget dan mendapati Geo ternyata mengiriminya pesan sebanyak itu.

Enki meletakkan gelas susu yang dipegangnya di meja.

Ah! Enki mengingat bahwa ia telah melupakan janjinya dengan Geo. Ini membuatnya merasa sangat bersalah, ia kawatir bagaimana jika Geo telah menunggunya dalam waktu yang lama dan ia tidak datang.

Enki melihat pesan terakhir yang belum terbaca.

'Enki? Ada jam tambahan ya di kelas? Kak Geo tunggu di depan perpustakaan umum, duduk di dekatnya pohon mangga.'

Gadis itu melihat jam tangannya.

17:50.

Ini sudah petang. Enki keluar dari kamarnya dan mencari Tante Lodia.

"Tante, Kak Geo udah pulang?" tanyanya ketika sampai di dapur.

Tante Lodia sedang mengisi kulkas dengan sayur-sayuran segar yang baru dibelinya dari minimarket, lalu menoleh mendapati Enki berada di pintu dapur.

"Udah Ki, Kak Geo mungkin sedang mandi, ada apa?"

Tante Lodia menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Enggak tante, cuma perlu sebentar."

Enki tersenyum lalu pergi meninggalkan dapur, langkahnya menuju ke arah kamar Geo yang ada di lantai atas.

Enki mengetuk pintu dengan ragu, Kak Geo mungkin marah, pikirnya.

Ia benar-benar merasa sangat bersalah.

Enki mengetuk pintu sekali lagi saat pintu tak kunjung terbuka. Ia masih menunggu di sana.

Apakah Kak Geo masih mandi? Enki membayangkan segala kemungkinan.

Setelah beberapa menit ia berdiri di depan pintu, ia memilih berbalik dan kembali ke kamarnya. Namun ketika baru saja beberapa langkah menjauh dari pintu,

"Enki?" Geo membuka pintu dan memanggilnya.

Enki segera menoleh dan mendapati Geo baru saja mandi, terlihat dari wajahnya yang segar dan wangi parfum yang sudah Enki hafal seperti biasa.

"Kenapa kaget gitu?"

Geo mengomentari ketika raut wajah Enki terlihat sedikit terkejut, kemudian ia mendekat ke arah Enki dan menepuk-nepuk rambut Enki pelan.

Seperti biasa, sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya.

Geo tersenyum melihat Enki tertegun lalu langkahnya menuruni tangga menuju ruang perpustakaan kecil di rumah.

Enki mengikutinya dari belakang dengan perasaan ambigu dan kebingungan, tapi ia pikir Geo tidak marah padanya. Sikapnya selalu manis dan penuh kasih sayang apalagi senyum Geo selalu membuat Enki nyaman.

Suara Enki dan Geo menggema di ruangan tak terlalu besar berdebu itu. Tidak ada bunyi apapun selain pembicaraan mereka.

Geo membuka tirai jendela dan mendapati matahari sudah sepenuhnya tenggelam, namun cahaya jingga yang tersisa cukup membuat langit sore itu terasa indah di mata Geo. Di sampingnya, Enki melihat ke luar jendela dan sedikit mengintip langit yang gelap.

DANTE [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang