#4

2.1K 238 116
                                    

Hari ini guru-guru di SMA Hang Tuah 1 sedang sibuk rapat mengenai UNBK kelas 12 yang akan dilaksanakan 2 bulan lagi. Jadi, sudah pasti hampir semua kelas di sekolah tidak terisi oleh guru pelajaran.

Terlebih adalah kelas yang terkenal diisi dengan anak-anak paling bandel ini, sayangnya yang bandelnya paling akut tidak ada di sekolah.

Jadi, bisa dibilang hari ini tak seramai biasanya. Walaupun berita heboh tersebar di kelas saat insiden Fredi yang dari kantin tiba-tiba nabrak tempat sampah yang berjejer di depan kelas karena waktu jalan ngeliatin roknya Dita yang tersibak kena angin.

Benar-benar musibah bagi si pangeran tidur paling mesum di kelas.

Kenapa pangeran tidur? Lantaran pekerjaannya di kelas cuma itu.

Setelah insiden itu, bukannya si pangeran tidur itu malu. Seperti tak tahu apa-apa, ia malah melanjutkan tidur di kelas. Tak dihiraukannya juga gelagak tawa dari gerombolan tiga cowok yang lagi nongkrong di atas meja.

"Gila banget, sumpah!"

Riki memegangi perutnya yang sakit karena kebanyakan tertawa, sambil dilihatnya Fredi di sudut ruangan yang menyandarkan kepalanya dimeja.

"Siang-siang gini pake nabrak tempat sampah segala, ngakak gue" Dicky menanggapi.

"Untung lo Fred, hari ini nggak ada Dante. Bisa jadi artis siang bolong lo kalo ada dia. Bakal disiarin lewat speaker sekolah." Riki meneriaki Fredi yang tak sedikitpun menanggapinya.

"Nying! Bisa-bisanya tuh orang, mau lihat paha mulus, eh, nabrak tempat sampah. Bener-bener nggak lagi rezeki banget"

Krisna ikut nimbrung dengan memangku gitar kesayangannya.

"Eh bro! Ngomong-ngomong sejak dua hari kemarin Dante belum ngehubungin gue sama sekali. Lo iya nggak?"

Dicky mengubah topik pembicaraan, kedua sohibnya menoleh.

"Iya sih, gue juga nggak disms atau ditelepon." Krisna mengecek handphonennya.

"Waktu itu gue sempet ngechat dia, tapi nggak dibales" kali ini Riki berekspresi lebih serius dari tadi.

"Lo Kris, sms dia! Masa dari kemarin nggak ada kabar. Kita ketemuan aja di Kaffee Hausen pulang sekolah, kaya biasanya. Setuju nggak?"

Krisna menyetujui apa kata Riki. Dicky hanya mengangguk santai menyetujui sohibnya.

-

Jalan di Jakarta Selatan terlihat lengang, sehingga tiga anak berseragam putih abu-abu itu dengan cepat sampai tempat tujuan mereka. Salah satu cafe langganan mereka yang paling sering mereka kunjungi setiap pulang sekolah.

Tiga hot cappuccino bertengger di meja elegan lantai atas Kaffee Hausen, tempat nongkrong Riki dan kedua sohibnya.

Mereka sedang menunggu Dante yang sudah setengah jam tidak datang-datang setelah membalas sms dari Krisna untuk nongkong di cafe biasanya.

"Sorry ya! Gue telat"

Dante muncul dari tangga.

Ketiga sohibnya menoleh bersamaan, lalu Dante duduk dikursi dekat Dicky yang masih kosong.

Ia mengenakan jeans dan kaos putih polos khasnya, dengan membawa jaket dan jam tangan seperti biasa.

Ia nyengir, membuat temannya bernafas sedikit berat karena sohibnya satu ini memang tidak punya rasa bersalah.

DANTE [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang