#17

756 82 3
                                    

       Sebuah bunga mawar bertengger indah di dalam vas yang sengaja di taruh di meja salah satu ruangan rumah sakit di Jakarta Selatan. Wanginya memenuhi ruangan, seolah diberi parfum yang begitu menyeruak. Sepertinya bunga itu baru saja ditaruh.

       Ada satu helai kelopak yang jatuh. Bukan terkena angin. Jatuh dengan sendirinya tanpa sentuhan apapun. Mungkin rapuh.

       Bunyi alat kedokteran terus menggema. Tetapi suasana tetap larut dalam kesepian seorang wanita paruh baya, yang terbaring lemah tidak sadar diri di atas ranjang selama tiga tahun terakhir.

       Jendela ruangan sedikit terbuka, angin dingin menerobos masuk dan membuat tirainya sedikit terayun tidak beraturan. Walau hujan sore yang begitu deras, hanya kesendirian yang tetap menemani wanita itu bahkan sebelum kesendirian yang sebenernya tiba.

       Mendung dan hujan di luar jendela tidak mampu membuatnya merasa kedinginan atau apapun. Tetap seperti ini dan terdiam. Membisu walau tidak bisu.

       Pintu ruangan berderit, sebelum akhirnya terbuka lebar dan seorang cowok dengan langkah sedikit sendu memasuki ruangan.

       Air menetes di lantai.

       Berasal dari seragam sekolah seseorang yang sedikit basah dan rambut yang berantakan karena hujan di luar semakin lebat.

       Mata cowok itu secara spontan melihat ke arah sebuah mawar di vas bunga yang biasanya kosong.

       Tentu saja.

       Vas yang jelas-jelas kosong karena tidak akan ada yang mengunjungi ruangan ini kecuali dirinya, tetapi hari ini berbeda.

       Ia duduk di kursi yang tersedia untuk pengunjung yang menemani pasien, memegang tangan wanita paruh baya itu dan menciumnya. Sebisa mungkin menyalurkan segala rasa rindu pada wanita itu, pada mamanya, pada seseorang yang menderita sejak ia kecil.

       Dante melihat betapa pucat wajah wanita itu.

       Walau ia masih begitu kecil ketika itu, ia tahu dan merasakan bagaimana rasa sakit itu menghantui. Ketika ia dan mamanya mengalami kekerasan dari papanya yang dulu, dari seseorang ynag seharusnya memberinya kasih sayang. Dan kini seseorang yang dibenci Dante itu entah ke mana. Tidak pernah ada di hati Dante suatu keinginan untuk mencari. Walau kadang rindu.

       Dante tidak peduli.

       Yang ia inginkan hanya mamanya bangun dan memeluknya, itu saja, tidak lebih.

       Mengingat bagaimana mamanya mengalami depresi yang parah hingga ia harus ada di panti asuhan ketika kecil. Bagi Dante, hidupnya terasa rumit. Bukan. Bukan hanya rumit. Ini semua terasa berat.

       Dante mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

       Sebuah cincin?

       Dipegangnya tangan yang hangat itu. Ia masukkan sebuah cincin berwarna silver yang indah di jari manis milik mamanya.

       Dante mengulum senyum, ingin menunjukkan kebahagiaan tetapi jelas terlihat pahit.

       Rambutnya cukup basah , membuat tetes air di punggung tangan wanita itu.

       Dante hampir menangis, tetapi tidak! Ia bukan seseorang yang mudah menangis.

       "Titip di jari manisnya ya Ma! Akan Dante ambil kalau ada seseorang yang Dante ajak ke sini, dan memperkenalkan ke Mama sebagai pacar Dante."

-

DANTE [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang