#18

731 76 9
                                    

       Jam istirahat berdering cukup keras menggema di seluruh wilayah SMA Hang Tuah 1. Acara festival hari ke tiga terhenti sejenak. Hampir seluruh siswa berlalu menuju kantin. Jika tidak, mungkin sebagian akan pergi ke kelas untuk membuka bekal yang telah disiapkan dari rumah. Atau mungkin biasanya kalau tidak ada pelajaran, murid-murid cowok mengambil kesempatan ini untuk melompat pagar dan memulai nongkrongnya di warung Bang Naim, makan bakso, dan bisa sambil rokok juga.
Tetapi hari ini Dante tidak melakukan hal-hal senonoh itu.

       “Dicky ke mana Kris?” tanya Dante, dan mulai duduk di kursi kantin setelah memesan mie instan rasa kari, yang jadi favoritnya kalau sedang berada di kantin sekolah.

       “Nggak tau! Bodo amat!” jawab Krisna asal dan memesan mie instan, sama seperti Dante.

       “Kampret!” Dante mengambil sendok dan garpu, lalu mulai menyeduh mienya yang baru saja tersaji.

       “Katanya sih tadi ditelpon sama Nona. Kayaknya dia ketemuan.” Jawab Krisna agak serius dibanding tadinya.

       Mereka berdua memakan pesanan masing-masing. Tetapi tidak terlalu jauh dari sini, seorang yang jelas mereka kenal menghampiri tanpa permisi. Rambutnya sedikit panjang, tetapi bukan gondrong. Yang ada ditangannya hanya satu benda kotak yang ajaib dan akan mengalihkan dunianya dari apapun. Ya handphone! Yang ia pakai bermain game kalau di sekolah.

       “Bangsat! Gue ditinggal!” cerocos Riki yang tiba-tiba nimbrung. Duduk di samping Krisna, menengok apa yang cowok bertindik itu makan, dan mengangkat satu tangan melihat ke arah mbak kantin yang sibuk melayani murid-murid lainnya.

       “Mbak! Soto satu! Kayak biasanya! Nggak pake sambel! Kuahnya jangan banyak-banyak!” pesannya kemudian dan hanya mendapat anggukan cepat dari mbak kantin.

       “Oh iya! Ayamnya banyakin ya mbak!” lanjutnya.

       “Bacot!” sahut Dante menanggapi pesanan Riki yang terdengar sangat repot. Sedangkan yang diprotes hanya tertawa.

       Kantin sangat ramai karena murid-murid dari SMA High Scope juga ada di sana. Enki berada agak di sudut kantin bersama Rasya dan teman sekelas lainnya, baru saja duduk. Sedangkan Dante telah selesai makan.

       Riki mulai bicara lagi setelah melihat Dante meminum habis es tehnya.

       "Kemarin lo nggak nemuin Enki?"

       "Ketemu."

       "Terus?"

       "Ngobrol bareng."

       "Dia sendirian?"

       "Iya, tapi gue pikir dia dari tempat yang nggak gue tau."

       "Jadi?"

       "Lo mau memfilmkan tiap adegan gue sama Enki? Bacot mulu!"

       "Bunuh gue Dan! Nggak salah otak lo dibilang miring sebelah sama Pak Kepsek!"

       Riki menyerah berbicara dengan Dante yang setiap jawabannya tidak sesuai harapan.

       Mendadak dengan sigap Dante berdiri dan menghampiri Enki yang tidak terlalu jauh dari tempatnya, setelah baru saja melihat gadis itu.

       “Lo mau ke mana?” tanya Riki dengan belepotan karena masih mengunyah soto ayamnya.

       “Kayak lo gak tau aja.”

       Kali ini Krisna yang menanggapi karena Dante sudah berjalan agak jauh.

       Dante menghampiri Enki.

DANTE [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang