#12

864 105 21
                                    

Sebuah mobil Ferrari 599XX berhenti di depan rumah besar yang di kelilingi pagar tinggi. Pemilik mobil sudah menyalakan klakson berkali-kali di depan pagar, tetapi tidak satupun dari penghuni rumah berkutik.

Cowok berambut hitam dengan tindik di telinganya itu mendengus kesal, tetapi kemudian seseorang membuka pintu.

Cowok itu jelas mengenalnya, Mbak Ruroh, begitupun sebaliknya.

Sudah pukul sekitar jam 7 malam.

Mbak Ruroh segera menghampiri cowok yang turun dari mobil mewah itu.

"Mas Krisna nyari Mas Dante, ya?" tanya Mbak Ruroh setelah Krisna sepenuhnya keluar dan menuju pintu.

"Iya mbak. Ada kan? Nggak lagi ngorok?"

Mbak Ruroh tertawa kecil mendengar pertanyaan dari Krisna yang mulai mengacau. Mbak Ruroh menggeleng dan mempersilakan Krisna masuk.

"Mbak panggilkan dulu."

Ujar Mbak Ruroh setelah Krisna duduk di ruang tamu. Krisna mengangguk setuju tanpa berkata apapun.

Krisna melihat di sekeliling rumah dan tidak menemukan siapapun, lalu ia bermain dengan bunga-bunga yang di pajang di atas meja sambil bersiul.

"Krisna?"

Seseorang bersuara berat mengagetkan cowok itu. Ia menoleh dan mendapati papa Dante berdiri di depannya, kemudian duduk dan tersenyum.

"Eh, Om!"

Sapanya sembari menghentikan aktivitasnya yang tidak bermanfaat tadi.

Pak Agradian tersenyum ramah pada Krisna yang mulai canggung.

"Gimana sekolah kamu?"

Krisna tertegun ketika mendapat pertanyaan mematikan itu dari papa Dante.

Ia menggaruk alisnya asal.

"Emm. Biasa om."

Kemudian menahan senyum. Pak Agradian hanya tertawa kecil.

"Ngapain lo ke sini?"

Dante yang turun dari tangga tiba-tiba menyambar dan duduk di samping Krisna.

"Yaudah, papa pergi dulu, di lanjut ngomongnya." Pak Agradian kemudian berlalu.

"Iya Om!"

Krisna tersenyum canggung.

"Sok alim lo! Anying!"

Dante menonjok bahu Krisna.

"Anjirr!!!" umpat cowok bertindik itu sambil mengusap bahunya yang nyeri.

"Nih! Buku lo!" lanjutnya.

"Kampret! Gue terharu."

Dante nyengir meraih buku matematikanya.

"Makan tuh buku sampai kenyang!"

"Nggak doyan kayak ginian." Dante tertawa.

"Gue nginep di sini ya, Dan."

Mendadak Dante menoleh ke arah Krisna yang menyandarkan kepalanya di kursi, ia lelah.

"Tumben lo! Tidur aja sama gue di atas, kasihan banget gue nggak punya temen tidur." canda Dante.

"Akhirnya gue yang jadi temen tidur lo." Krisna nyengir.

"Bangsatt!" Dante mengumpat lagi.

Mereka tertawa bersamaan dengan Mbak Ruroh yang baru saja menaruh minuman untuk Krisna di meja.

"Kok baru dikasih minum Mbak?"

Tanya Dante membuat Mbak Ruroh yang berjalan menuju dapur berhenti.

"Tadi masih disuruh mamanya buat teh untuk papanya Mas."

"Oh, gitu."

Mbak Ruroh berlalu.

"Lo minum nggak? Kalo lo minum bawa aja ke kamar gue!"

Dante tiba-tiba meninggalkan Krisna yang masih duduk di sana.

"Anjirr nih anak! Plinplan kayak cumi!" ujarnya segera berdiri.

"Gue udah pengen bobok nih!"

Kalimat Dante membuat Krisna menahan tawa karena harus membawa es jeruknya agar tidak tumpah sambil menaiki tangga.

-

Dante dan Krisna turun dari mobil usai memarkir Ferrari milik Krisna.

Tidak biasanya Krisna ke sekolah naik mobil, apalagi mobilnya yang mahal ini, membuat seluruh penjuru mata yang ada di tempat parkir melihat mereka berdua.

Seorang cewek berambut agak panjang lurus dengan ombre warna hijau mendekati Dante. Membuat Dante berhenti.

Olivia, kakak kelas cantik itu adalah anggota inti tim basket cewek di sekolah. Sedangkan gengnya yang sedang berada di koridor untuk menunggunya, juga anggota tim basket semua, walaupun sebagian menjadi cadangan.

"Lo yang kemarin latihan lari di lapangan kan?" tanya Olivia.

"Kenalin, gue Oliv. Tapi lo pasti udah kenal gue." lanjutnya dengan percaya diri.

Dante mengeluarkan smirk-nya, tersenyum aneh. Belum menanggapi apapun.

"Gue merhatiin lo dari dulu, ternyata lo keren juga."

Oliv terus berbicara, Dante hanya memandang ke arah lain tanpa melihat Oliv yang mencoba menarik perhatiannya.

"Thanks!" Jawab Dante singkat.

"Kalo gitu ntar siang boleh pulang bareng kan?"

Oliv mencoba merayu Dante. Cowok itu berekspresi aneh lagi, entah apa yang dipikirnya.

"Kalo sama gue pulangnya pakai angkot, Beb. Mobil itu punya dia."

Dante menyenggol bahu Krisna dan belalu sambil menahan tawa meninggalkan Oliv.

Ekspresi Dante benar-benar mengejek membuat Olivia kesal.

Fei, Nina, dan Kiran yang berada di koridor menertawai Olivia yang tidak berhasil mendekati Dante.

'Lihat aja nanti!' batin Oliv, gadis itu berlalu sambil melipat tangannya di dada menuju teman-temannya.

-

DANTE [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang