#32

449 40 8
                                    

       Hari sudah sore, masih tersisa gerimis karena siangnya turun hujan. Hari itu, malas bagi Dante untuk beralih dari tempat tidur, kepalanya penat dan tangannya juga masih nyeri karena kecelakaan tadi malam. Tapi, Olivia dan Nina datang dengan membawa banyak sekali makanan untuknya, padahal ia sedang tidak mood sama sekali.

       Walau bagaimanapun, mendengar Mbak Ruroh bilang ada tamu, dengan teramat sangat terpaksa Dante harus melangkahkan kakinya turun ke ruang tamu. Tetapi cowok itu benar-benar kecewa karena yang datang si kutu cowok ganteng yang udah dia ramal bakal nempel terus ke dia .

       “Dan, lo harus makan yang banyak biar cepet sembuh!” ujar Olivia yang duduk di samping Dante sambil memegangi siku tangan kanan Dante yang diperban. Sedangkan Nina duduk di kursi lain, meminum teh hangat yang baru saja dibuat oleh Mbak Ruroh.

       Dante diam. Dia malas menanggapi Oliv, lalu hanya mengamati gadis itu yang sedang mengupaskan buah yang ia bawa untuk Dante. Padahal cowok itu sama sekali tidak nafsu makan.

       Selain suara Olivia, suasana rumah nampak sunyi. Sedari tadi Dante melihat jam dinding dan berdoa kapan ini akan berakhir? Maksudnya, kapan Olivia akan pulang dan jauh-jauh dari si kutu cogan yang terus-terusan mengusiknya?

       Belum lama, suara riuh anak sekolah meramaikan halaman rumah Dante. Mereka adalah teman-teman sekelas Dante yang sudah berencana menjenguk cowok pembuat onar itu sedari pagi. Aslinya, mereka ingin memberitahu Dante kalau mereka akan ke sini, tetapi mereka mengurungkan niat dan menjenguk dengan mendadak.

       Mobil Ferrari 599XX milik Krisna yang didalamnya ada Enki, Rasya, juga Riana dan Fero si pasangan pemimpin kelas,  terparkir rapih di halaman, diikuti oleh beberapa motor milik anak-anak lain termasuk Dicky. Sedangkan yang lain naik bis dan angkot untuk sampai ke sini.

       Rumah Dante yang tadinya terasa seperti neraka, berubah menjadi tempat ternyaman setelah seluruh teman-temannya masuk dan memberinya energi tersendiri. Justru Olivia menjadi tidak nyaman.

       “Dante, gue pulang dulu ya,” pamitnya.

       Dante sumringah dan menjawab dengan asal, “Syukurlah, kalo bisa nggak usah balik lagi.” kemudian cowok itu tertawa diikuti oleh teman-temannya yang baru datang. Olivia yang mendengar itu hanya memanyunkan bibir kesal, kemudian berlalu dan hilang di balik pintu.

       Karena kursi ruang tamu tidak cukup, Mbak Ruroh membawakan karpet yang cukup besar untuk menjadi alas teman-teman Dante duduk. Enki secara otomatis duduk di samping Dante, dan bersama teman-teman cewek lainnya yang duduk di kursi ruang tamu, sedangkan anak cowok duduk di bawah.

       Tidak ingin merepotkan Mbak Ruroh, sebelum ke sini, mereka sudah membawa jajanan untuk di makan di rumah Dante, seperti sosis, sate, dan jagung bakar. Benar-benar lengkap. Melihat makanan yang dibawa oleh teman-temannya, Dante menggeleng, “Kalian parah banget, dipikir di sini pesta apa,” ujarnya kemudian tertawa, teman-teman yang lain juga. Sedangkan yang dibelikan untuk Dante hanya susu. Melihat itu, Dante semakin tertawa.

       Semua yang ada di sana sibuk makan, kecuali Enki dan Dante yang memandang satu sama lain. Menyadari Enki bersikap berbeda, Dante bertanya kenapa.

       “Aku ingin marah ke kamu,” ungkap Enki setelah sedari tadi hanya saling memandang. Dante malah tertawa, kemudian memiringkan kepalanya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Enki. Ia tersenyum lagi dan lalu berkata, “Biarpun marah tetep cantik kok.”

       Enki tidak merespons secara aktif, ia bahkan menjaga jarak duduknya dengan Dante karena dirasa terlalu dekat. Menyadari Enki bersikap terlalu aneh kepadanya, Dante mengajak Enki untuk pergi ke halaman samping rumah dan berbicara lebih lanjut.

       “Mau ke mana?” tanya Fero yang menyadari mereka pergi. Yang lain hanya ikut menoleh dan menunggu jawaban.

       “Mau ngomong serius.” jawab Dante, lalu Dicky tiba-tiba menyambar dengan nada mengejek, “Tumben serius.”

       “Anjing lo, Dick!” umpat Dante, kemudian semua yang ada di sana tertawa.

-

DANTE [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang