#8

1.3K 156 52
                                    

Gerbang sekolah siang ini terbuka lebar mengiringi seluruh siswa di SMA Hang Tuah 1 pulang usai pelajaran.

Enki dan Rasya berjalan keluar menuju gerbang sambil membawa beberapa buku di tangannya.

"Bro, lo duluan aja, gue harus latihan soalnya,"

Terlihat Dante yang tepat berada di gerbang sendirian karena ketiga sohibnya sudah berlalu.

Enki tiba-tiba menghentikan langkahnya, refleks.

"Lo kenapa?"

Rasya menepuk pundak Enki dan mengikuti pandangannya, tanpa penjelasan apapun Rasya mengerti.

Dante tiba-tiba menoleh, tatapan mereka beradu.

Tapi Enki dengan segera mengedarkan pandangannya, mencoba pura-pura tidak melihat dan melanjutkan jalannya.

Rasya tidak lagi menanyakan sesuatu, dan hanya berjalan mengikuti langkah Enki yang sedikit di percepat.

Dante masih terdiam di sana, di gebang sekolah dan menatap punggung Enki yang berlalu menuju halte. Baru ia tersadar ketika handphone di saku celananya berdering.

Ada pesan, Dante membukanya.

'Dante, kamu harus latihan siang ini, Bapak tunggu dilapangan sekolah'

Setelah membaca pesan itu, Dante berlalu, berjalan menuju lapangan sekolah yang di kelilingi oleh gedung sekolahnya.

Sesekali Dante menoleh ke belakang, mencari gadis yang dilihatnya tadi di halte yang tak jauh dari sini. Gadis yang begitu ia kenal tapi terasa sangat jauh.

"Kamu sudah datang?"

Dante menangkap botol minuman yang dilemparkan pelatihnya, seraya mengangguk.

"Dante, dua minggu lagi kamu lomba lari 100 meter, kamu harus menjaga fisik kamu!"

Pak Burhan, pelatihanya duduk di samping Dante yang tengah meminum air mineral, lalu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru lapangan yang diisi beberapa atlet lari di SMA Hang Tuah 1 yang mengikuti pelatihan siang ini.

"Kamu saya pilih untuk lomba, kamu harus memegang kepercayaan saya kepada kamu!"

Pak Burhan menepuk pelan punggung Dante lalu meniup peluitnya membuat seluruh siswa yang mengikuti eksta ini berkumpul di tengah lapangan.

"Anak-anak, dua minggu lagi ada perlombaan lari provinsi, bapak akan mengajukan dua anak di perlombaan tersebut. Dante dan Raka"

Kedua siswa yang ditunjuk Pak Burhan keluar dari barisan mereka dan maju ke depan.

"Hanya dua anak, kalian yang tidak saya ikutkan tidak perlu kecewa, akan bapak ikutkan diperlombaan selanjutnya. Kalian hanya harus terus berlatih, mengerti?"

"Mengerti!"

Seluruhnya dipelatihan sore itu berlatih seperti biasa, kecuali Dante dan Raka yang menjadi perwakilan sekolah akan ada pelatihan khusus, jadi mereka akan sering pulang petang untuk beberapa hari ke depan.

"Raka, gue duluan ya!", pamit Dante pada Raka usai latihan sambil melirik jam tangannya.

Sudah pukul 17:30.

Raka, teman seangkatannya itu mengangguk lalu tersenyum kecil pada rekannya.

"Hati-hati!"

Dante mengangguk kecil sambil terus melanjutkan jalannya.

Sore ini ia malas untuk menelepon Pak Joko, sopirnya. Dante memilih menunggu bus di halte dekat sekolah, walaupun ia tahu jam segini akan sangat jarang ada bus lewat.

DANTE [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang