#16

800 91 11
                                    

Suara Dante dan ketiga sohibnya menggema di Sinou Kaffee Hausen sepulang sekolah.

Sore ini mereka di lantai atas seperti biasa dan mengamati Jalan Panglima Polim yang ramai.

Dante menyeruput cappuccino-nya sambil sibuk bermain handphone. Cowok itu tidak terlalu memperhatikan percakapan teman-temannya. Tetap menatap layar handphone-nya serius.

Krisna yang duduk di samping Dante mengintip layar handphone cowok itu dan tiba-tiba tertawa.

"Apa Kris? Hah?" tanya Dicky penasaran.

Dante yang merasa dirinya ditertawakan menghentikan aktivitasnya.

"Bangsat!" umpat Dante dan melempar pelan handphone-nya di meja lalu meminum cappuccino-nya lagi.

"Anying! Dia lagi nyari di google barang apa yang cocok dikasih ke cewek pendiem. Kampret banget! Anjir!" Krisna menjelaskan sambil tertawa.

"Njirr!" ujar Dicky dan Riki hampir bersamaan membuat Dante menatap mereka muak.

"Pengalaman dia cuma sama cewek klub malem sih! Ngakak!!"

Ledek Krisna dan mendapat tatapan aneh dari Dante.

"Sorry ya! Gue bukan badboy!" ujar Dante bercanda.

"Lo dapet omong kosong dari mana? Anying!" celetuk Riki.

"Gue kencannya sama Mbak Ruroh!" jawab Dante asal dan membuat cafe menjadi ramai karena kericuhan mereka.

Tawa mereka mulai mereda ketika Dicky mendadak mengatakan sesuatu yang membuat Dante tertegun.

"Dan! Gue pulang sekolah tadi ketemu Enki, jalan bareng cowok."

Dicky bercerita sambil meminum cappuccino-nya yang tinggal seruputan akhir.

"Cowok? Siapa? Enki punya pacar?" Tanya Krisna kemudian melihat Dante, semakin bertanya-tanya.

Dante hanya mengerutkan kening dan mencoba memikirkan seseorang, ia tidak tahu tentang siapapun yang dekat dengan Enki.

"Kakak-nya kali!"

Riki ikut menambahkan, mencoba tetap positive thinking.

"Bukan! Gue sama Krisna pernah lihat kakaknya Enki waktu bareng bang Junial. Tadi siang bukan dia." Jelas Dicky.

"Kayaknya dari SMA High Scope yang habis tanding di sekolah kita!" lanjutnya.

"Mereka ngapain?" tanya Dante penasaran.

"Nggak sih! Cuma jalan bareng di trotoar." jawab Dicky dan membuat Dante sedikit ada yang terasa mengganjal.

"Tapi gue nggak pernah sih, lihat Enki jalan bareng cowok sebelumnya, baru kali ini." ujar Krisna.

Mendadak Dante berdiri dan mengambil handphone-nya.

"Mereka ke arah mana?" tanyanya menatap Dicky.

"Sekolah ke timur!"

Tanpa basa-basi Dante berlalu meninggalkan ketiga sohibnya dan pergi ke luar cafe.

Dante ingin mencari Enki tapi ia baru sadar, ia tidak membawa motor dan Pak Joko tidak ada di sana karena Dante memintanya pulang.

Dante menghela napas kasar.

Karena Dante pikir sekolah tidak terlalu jauh dari cafe, cowok itu berlari di sepanjang trotoar sesuai yang Dicky katakan tanpa basa-basi.

DANTE [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang